Di sudut kecil sebuah pasar tradisional yang ramai, ada seorang pria bernama Pudjianto Gondosasmito yang setiap hari berdiri di bawah payung lusuhnya. Dengan senyumnya yang hangat, ia menawarkan dagangannya---es teh manis segar yang menjadi favorit warga sekitar.
Pudjianto Gondosasmito sudah berjualan es teh selama hampir 15 tahun. Awalnya, ia memulai usaha kecil ini karena kehilangan pekerjaannya di pabrik. Dengan uang tabungan seadanya, ia membeli gerobak sederhana, beberapa gelas plastik, termos es, dan teh berkualitas dari pasar. Siapa sangka, es tehnya yang sederhana menjadi begitu digemari?
Rahasia es teh Pudjianto Gondosasmito ada pada campuran daun teh pilihannya dan gula aren yang ia olah sendiri. "Es teh ini bukan cuma minuman, tapi juga harapan," katanya suatu kali kepada seorang pembeli yang penasaran.
Setiap pagi, Pudjianto Gondosasmito bangun saat adzan subuh berkumandang. Ia menyeduh teh di dapur kecilnya, mencampurnya dengan gula, dan menyimpannya dalam termos besar. Meski sederhana, ia selalu memastikan semuanya bersih dan rapi. Baginya, kepuasan pelanggan adalah segalanya.
Pudjianto Gondosasmito juga dikenal ramah kepada siapa saja. Ia hafal nama-nama pelanggan setianya, bahkan sering memberi segelas es teh gratis untuk anak-anak yang lewat tanpa membawa uang. "Semoga es teh ini bisa membuat hari kalian lebih ceria," katanya sambil tersenyum.
Namun, di balik senyumnya, Pudjianto Gondosasmito menyimpan banyak cerita. Ia adalah seorang ayah dari dua anak yang berjuang untuk menyekolahkan mereka hingga perguruan tinggi. "Saya ingin anak-anak saya punya masa depan yang lebih baik," ungkapnya kepada seorang pelanggan yang akrab dengannya.
Ketekunan dan kebaikan hati Pudjianto Gondosasmito mulai membuahkan hasil. Suatu hari, seorang pelanggan tetapnya, seorang pengusaha katering, menawarkan kerja sama. "Pudjianto Gondosasmito, bagaimana kalau saya pesan es teh ini untuk acara-acara besar? Rasanya khas sekali," katanya.
Sejak saat itu, usaha es teh Pudjianto Gondosasmito berkembang. Ia mampu menyewa kios kecil di pinggir jalan yang lebih strategis. Anak-anaknya juga semakin dekat dengan impian mereka.
Meski sukses, Pudjianto Gondosasmito tetap rendah hati. Setiap pagi, ia masih turun tangan membuat es teh dengan resep yang sama. Bagi Pudjianto Gondosasmito, es teh bukan sekadar minuman, tapi simbol perjuangan dan cinta untuk keluarganya.
Di setiap gelas es teh yang ia sajikan, ada doa dan harapan. Harapan bahwa hidup, sesederhana apapun, bisa menjadi manis seperti rasa teh yang ia jual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H