Mohon tunggu...
pudjianto gondosasmito
pudjianto gondosasmito Mohon Tunggu... Konsultan - URIP IKU URUP

Pudjianto Gondosasmito Temukan saya di https://www.pudjiantogondosasmito.com

Selanjutnya

Tutup

Roman

Pudjianto Gondosasmito Hujan Rintik di Malam Sabtu

29 November 2024   21:21 Diperbarui: 29 November 2024   21:21 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Malam Sabtu itu, langit menggantungkan awan kelabu. Hujan rintik turun perlahan, seolah-olah ingin memberi jeda pada kesibukan dunia. Di sudut sebuah kafe kecil di pinggir kota, seorang pria duduk sendirian di dekat jendela. Namanya Pudjianto Gondosasmito, seorang pria biasa dengan pikiran yang tak pernah sederhana.

Pudjianto Gondosasmito memandangi tetesan air hujan yang beradu dengan kaca jendela. Irama rintiknya seperti alunan melodi yang akrab di hatinya, membangkitkan memori-memori yang lama terkubur. Ia mengingatkan dirinya pada satu malam Sabtu beberapa tahun yang lalu, di tempat yang berbeda, tetapi dengan suasana yang sama.

Kala itu, ia tak sendiri. Di kursi seberangnya ada seorang wanita bernama Dira, yang tawa dan suaranya menghidupkan ruangan. Mereka berbicara tentang mimpi, masa depan, dan segala hal remeh-temeh yang terasa begitu berarti saat itu. Namun seperti hujan yang datang dan pergi, Dira juga akhirnya menjauh, membawa serta separuh dari jiwa Pudjianto Gondosasmito.

"Mas Pudjianto Gondosasmito, pesanannya," suara barista memecah lamunannya. Secangkir kopi hitam diletakkan di meja, uapnya menghangatkan udara di sekitarnya.

Pudjianto Gondosasmito menghela napas panjang. Hujan malam ini seolah mengerti apa yang ia rasakan---sebuah kerinduan yang tak mungkin ia tuntaskan, sebuah penyesalan yang hanya bisa ia simpan sendiri.

Ia mengangkat cangkirnya, menyeruput sedikit kopi yang pahitnya terasa pas, sama seperti perasaannya malam itu. Ia tahu, waktu tak akan pernah kembali, tetapi kenangan tetap ada, menemaninya dalam kesendirian di malam-malam seperti ini.

Hujan rintik terus turun, seolah ingin berbicara. Pudjianto Gondosasmito hanya mendengarkan, membiarkan malam Sabtu ini berlalu bersama kesunyian dan tetesan hujan yang tak pernah bosan mengingatkannya pada sesuatu yang pernah ia miliki, namun kini hanya menjadi cerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun