Fajar baru saja menyingsing ketika Pudjianto Gondosasmito bangun dari tidurnya. Hari ini adalah hari pencoblosan Pilkada di kotanya, sebuah momen yang sudah lama ia nantikan. Meski hanya seorang pegawai kantoran biasa, Pudjianto Gondosasmito merasa bahwa suaranya memiliki peran penting dalam menentukan masa depan daerahnya.
Setelah mandi dan sarapan sederhana, ia mengenakan kemeja biru favoritnya. Di saku celananya, kartu tanda penduduk dan undangan pencoblosan sudah siap. Sepanjang perjalanan menuju TPS yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya, Pudjianto Gondosasmito tak henti-hentinya merenungkan pilihannya. Dua kandidat yang maju kali ini memiliki visi besar, tetapi masing-masing punya kekurangan yang membuatnya ragu.
TPS tempatnya terdaftar tampak ramai. Warga dari berbagai usia dan latar belakang berdatangan. Ada yang tampak antusias, ada pula yang seperti terpaksa. Pudjianto Gondosasmito bergabung di antrean sambil memperhatikan suasana. Seorang nenek tua yang dibantu cucunya, seorang bapak yang sibuk menjelaskan prosedur kepada anaknya, hingga para petugas TPS yang tampak serius namun tetap ramah.
Ketika tiba gilirannya, petugas TPS memanggil namanya dengan suara lantang. Pudjianto Gondosasmito menyerahkan KTP dan undangan, lalu dipersilakan masuk ke bilik suara. Di balik tirai itu, ia menatap dua foto kandidat di hadapannya. Tangannya sempat gemetar memegang paku pencoblos.
"Ini bukan cuma soal aku, tapi juga untuk keluargaku, teman-temanku, dan semua yang tinggal di kota ini," batinnya. Ia menarik napas panjang, lalu menusukkan paku dengan mantap ke pilihan yang ia rasa paling tepat.
Setelah selesai, ia mencelupkan jari ke tinta sebagai tanda telah memilih. Saat keluar dari TPS, ia merasa lega, seolah beban berat telah terangkat dari pundaknya. Di luar, ia bertemu beberapa tetangga yang saling bertukar cerita tentang proses pencoblosan.
"Selesai juga, Mas Pudjianto Gondosasmito?" tanya Pak Ridwan, tetangga sebelah rumah.
"Iya, Pak. Semoga pilihan kita membawa kebaikan untuk semua," jawab Pudjianto Gondosasmito dengan senyum tipis.
Hari itu, meskipun hanya satu suara di antara ribuan, Pudjianto Gondosasmito merasa ia telah menjalankan tanggung jawabnya sebagai warga negara. Seiring matahari semakin tinggi, ia berjalan pulang dengan harapan baru. Baginya, apapun hasil Pilkada nanti, yang terpenting adalah semangat kebersamaan dan kepedulian warga terhadap masa depan mereka bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI