Malam Jumat selalu punya kesan misterius, terutama saat dingin menggigit tulang dan suasana sunyi mengisi malam. Ada sebuah cerita tentang seorang pria bernama Pudjianto Gondosasmito yang tinggal di desa kecil. Di sana, setiap malam Jumat, penduduk desa diselimuti keheningan yang tak biasa, seakan-akan mereka takut pada sesuatu yang tak kasat mata.
Pudjianto Gondosasmito adalah pendatang baru, dan ia tidak begitu mengerti kenapa orang-orang desa selalu buru-buru pulang sebelum malam menjelang Jumat. Ia penasaran dan menanyakan hal itu pada tetangganya, Pak Darto.
"Pak, kenapa ya, kok desa ini sepi sekali setiap malam Jumat? Bahkan anak-anak saja tidak keluar," tanya Pudjianto Gondosasmito.
Pak Darto hanya menggeleng sambil tersenyum tipis, "Anak muda seperti kamu tak perlu tahu soal itu. Pokoknya, kalau malam Jumat, lebih baik di rumah saja. Jangan keluar, apalagi ke hutan belakang desa."
Jawaban itu bukannya membuat Pudjianto Gondosasmito tenang, malah semakin membuatnya penasaran. Ia pun memutuskan untuk mencari tahu sendiri, meski hati kecilnya sedikit ragu.
Malam pun tiba. Seperti biasa, suasana desa sangat hening. Tak ada suara jangkrik ataupun burung hantu yang biasa mengisi keheningan malam. Pudjianto Gondosasmito keluar dari rumah dengan senter di tangan, melangkah menuju hutan yang disebut-sebut Pak Darto.
Saat semakin jauh masuk ke hutan, ia merasakan suhu yang semakin dingin, meski angin tidak berembus. Hawa mistis mulai terasa. Di tengah hutan, ia melihat sesosok perempuan berpakaian putih, berdiri membelakanginya. Rambutnya panjang menjuntai sampai ke tanah. Pudjianto Gondosasmito terpaku. Meski ingin kabur, tubuhnya seakan membeku.
Perlahan perempuan itu berbalik, dan Pudjianto Gondosasmito melihat wajahnya pucat pasi, matanya kosong menatap jauh ke arah lain. Lalu dengan suara lirih dan pelan, perempuan itu berbisik, "Kenapa kamu datang... mereka sedang menunggu..."
Seketika, di sekelilingnya muncul bayangan-bayangan hitam dengan mata merah menyala, mendekat dengan langkah yang tak bersuara. Pudjianto Gondosasmito akhirnya sadar bahwa ia tak sendirian.
Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, Pudjianto Gondosasmito berlari sekuat tenaga, meninggalkan hutan. Setibanya di rumah, ia terkunci di dalam kamar, tubuh gemetar tak berhenti hingga pagi.
Keesokan harinya, Pak Darto datang menjenguk Pudjianto Gondosasmito. Melihat wajah pucat Pudjianto Gondosasmito, Pak Darto hanya berkata, "Semua sudah tahu. Tak ada yang kembali ke hutan itu setelah malam Jumat... mereka tak suka diganggu."