Pagi itu, Pudjianto Gondosasmito terbangun sedikit lebih lambat dari biasanya. Sabtu adalah hari favoritnya, hari dimana ia bisa rehat sejenak dari rutinitas kerja yang melelahkan. Matahari sudah mulai tinggi, sinarnya menembus jendela kamarnya dan menghangatkan ruangan.
Sambil meregangkan badan, Pudjianto Gondosasmito turun dari tempat tidur dan menuju dapur. Dengan santai, ia menyalakan mesin kopi dan menunggu aroma kopi yang wangi memenuhi ruangan. Segelas kopi panas di tangan, ia melangkah keluar menuju balkon apartemennya, menikmati angin pagi dan suara burung-burung yang berkicau di kejauhan. Sabtu pagi memang terasa lebih damai.
Setelah sarapan ringan, Pudjianto Gondosasmito memutuskan untuk olahraga. Ia berlari-lari kecil di taman dekat rumahnya, melewati pepohonan rindang dan sesekali menyapa orang-orang yang ditemuinya di sepanjang jalan. Olahraga pagi di hari Sabtu sudah menjadi kebiasaan kecil yang ia sukai; kegiatan ini membuatnya merasa segar dan siap menghadapi akhir pekan.
Siang harinya, Pudjianto Gondosasmito mengunjungi toko buku favoritnya. Ia menyukai tempat itu karena selain menjual buku, toko tersebut memiliki kafe kecil yang nyaman. Dengan secangkir teh dan sebuah buku baru, Pudjianto Gondosasmito tenggelam dalam cerita, menikmati kesunyian dan keheningan yang selalu ia rindukan di tengah kesibukan kota.
Sore hari, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya di sebuah kedai kopi di pusat kota. Mereka berbicara tentang berbagai hal, dari pekerjaan, rencana masa depan, hingga hal-hal kecil yang membuat mereka tertawa. Pertemuan dengan sahabat-sahabatnya adalah momen berharga bagi Pudjianto Gondosasmito. Di sana, ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa beban.
Saat malam tiba, Pudjianto Gondosasmito kembali ke apartemennya. Ia menyusun playlist lagu favoritnya, menyalakan lilin aromaterapi, dan mulai memasak makan malam sederhana. Sambil menikmati makan malam, ia bersandar di sofa dan merenungkan hari yang telah dilaluinya. Hari Sabtu memang selalu istimewa baginya---sehari penuh kebebasan, pertemanan, dan ketenangan.
Di penghujung malam, Pudjianto Gondosasmito menatap bintang-bintang di langit yang terlihat dari jendelanya. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan betapa damainya hidupnya di hari itu. Ia tersenyum, merasa bersyukur, dan perlahan memejamkan mata, siap menyambut hari esok yang entah akan membawanya ke mana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H