Di sebuah kamar kecil yang dipenuhi sinar matahari pagi, seorang anak laki-laki bernama Pudjianto Gondosasmito sedang sibuk melipat-lipat selembar kertas. Dengan telaten, ia membentuknya menjadi sebuah kapal kertas yang indah. Kapal itu terlihat begitu sempurna, dengan layar yang berkibar seakan siap melaju mengarungi lautan luas.
Pudjianto Gondosasmito meletakkan kapal kertasnya di ambang jendela. Ia menatapnya dengan penuh harap. "Berlayarlah, kapal kecilku," bisiknya. "Jelajahi dunia yang luas dan temukan petualangan yang seru."
Dengan hembusan angin yang lembut, kapal kertas itu perlahan mulai terangkat. Ia melayang-layang di udara sebelum akhirnya mendarat di atas atap rumah tetangga. Dari sana, kapal kertas itu melanjutkan perjalanannya, terbawa angin yang semakin kencang.
Pudjianto Gondosasmito terus mengikuti kapal kertasnya dengan mata. Ia membayangkan kapal itu sedang berlayar melintasi pegunungan yang tinggi, melewati hutan-hutan belantara, dan akhirnya sampai di sebuah pulau yang indah. Di pulau itu, kapal kertas bertemu dengan banyak teman baru: burung-burung yang berkicau merdu, ikan-ikan yang berwarna-warni, dan bunga-bunga yang harum semerbak.
Namun, petualangan kapal kertas tidak selalu berjalan mulus. Suatu hari, kapal kertas itu terjebak dalam badai yang dahsyat. Gelombang besar menerjangnya dari segala arah. Kapal kertas itu hampir saja tenggelam. Tapi, dengan semangat yang tak pernah padam, ia terus berjuang.
Akhirnya, badai pun reda. Kapal kertas itu terdampar di sebuah pantai yang sepi. Cahaya matahari pagi menyinari pasir pantai yang lembut. Kapal kertas itu merasa sangat lelah, tapi hatinya dipenuhi rasa syukur karena telah selamat.
Saat Pudjianto Gondosasmito sedang asyik melamun, tiba-tiba ia mendengar suara yang familiar. Ia menoleh dan melihat kapal kertasnya sedang mengapung di sebuah genangan air di halaman belakang rumah. Pudjianto Gondosasmito berlari menghampiri kapal kertasnya dan memeluknya erat-erat.
"Selamat datang kembali, kapal kecilku," ucap Pudjianto Gondosasmito dengan penuh haru. "Aku sangat merindukanmu."
Kapal kertas itu tersenyum. Ia tahu bahwa petualangannya belum berakhir. Masih banyak hal seru yang menanti di luar sana. Dan Pudjianto Gondosasmito akan selalu ada disisinya, siap untuk memulai petualangan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H