Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi] Desaku, Sunyi dalam Keriuhan

14 Februari 2022   04:51 Diperbarui: 14 Februari 2022   06:20 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menumbuk padi dengan lesung, foto : klatenkab.go.id, 22/7/2019

Oleh : Pudji Widodo

Aku duduk kelu di bale bambu.
Tak kudengar irama merdu bertalu-talu.
Tak ada senyum sekitar lumbung.
Tak lagi riuh di seputar lesung.
Kemana ibu yang menumbuk gabah sambil berkidung.

Hamparan sawah kering kecoklatan.
Entah kemana air dialirkan.
Tak ada lagi yang melintas di pematang.
Juga burung bangau tak lagi datang.

Orang-orangan sawah miring tanpa teman.
Tak ada lagi yang ditakut-takuti,
Gubug peneduh telah dirobohkan.
Yang tumbuh kini patok properti.

Industri di kota menarik minat,
Menjadi petani tak lagi memikat.
Ke sana taruna desa pergi.
Sebagian hanya dapat bermimpi.

Apakah desaku kini sunyi ?
Tidak, hanya berganti bunyi.
Menggerus luhurnya tradisi.
Berkurangnya kohesi, enggan bicara kami.

Lebih nyaman bicara kita,
Senang mengulik yang berbeda.
Aku bangkit dengan hati bergejolak.
Di lapangan desa, sang dwiwarna melambai berderak.
Sudut merah putihnya telah koyak (pw).

Pudji Widodo,
Sidoarjo, 13022022 (99).

Sumber foto : klatenkab.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun