Oleh : Pudji Widodo
Aku duduk kelu di bale bambu.
Tak kudengar irama merdu bertalu-talu.
Tak ada senyum sekitar lumbung.
Tak lagi riuh di seputar lesung.
Kemana ibu yang menumbuk gabah sambil berkidung.
Hamparan sawah kering kecoklatan.
Entah kemana air dialirkan.
Tak ada lagi yang melintas di pematang.
Juga burung bangau tak lagi datang.
Orang-orangan sawah miring tanpa teman.
Tak ada lagi yang ditakut-takuti,
Gubug peneduh telah dirobohkan.
Yang tumbuh kini patok properti.
Industri di kota menarik minat,
Menjadi petani tak lagi memikat.
Ke sana taruna desa pergi.
Sebagian hanya dapat bermimpi.
Apakah desaku kini sunyi ?
Tidak, hanya berganti bunyi.
Menggerus luhurnya tradisi.
Berkurangnya kohesi, enggan bicara kami.
Lebih nyaman bicara kita,
Senang mengulik yang berbeda.
Aku bangkit dengan hati bergejolak.
Di lapangan desa, sang dwiwarna melambai berderak.
Sudut merah putihnya telah koyak (pw).
Pudji Widodo,
Sidoarjo, 13022022 (99).
Sumber foto :Â klatenkab.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H