Oleh : Pudji Widodo  Â
Aku baru saja meletakkan tas punggung ketika Kelasi Kepala (Klk) Lexi mengetuk pintu ruang kerjaku.
"Mohon ijin menyampaikan, Kopda Yadav minta ijin menghadap. Katanya sudah We.A Kasubdis".
"Duduk dahulu" Klk Lexi minta ijin duduk sambil menarik kursi di depan meja kerjaku.
"Dia bukan tidur dalam kan?"
"Siap Kopda Yadav tidur luar""
"Aku sering lihat dia di Mess Denma, juga pada hari libur".
"Siap Kopda Yadav hanya numpang istirahat, malam hari tidak menginap".
"Minta dia masuk"
Aku sudah tahu tujuan Kopda Yadav meminta ijin bertemu siang ini. Kami sudah sepakat bertemu setelah istirahat siang di ruang kerjaku. Beberapa hal kutanyakan kepada Klk Lexi karena sebagai bujangan Lexi wajib tidur di mess tamtama Denma atau biasa  disebut "Tidur Dalam", tempat di mana Yadav sering bersama para tamtama yang lain. Kopda Yadav sudah berkeluarga status K-2, Kawin dengan anak dua, di berkas uji pemeriksaan kesehatan yang masih ada di mejaku tercantum alamat tempat tinggal di Jombang. Mantan ABK salah satu kapal perang Komando Armada itu baru enam bulan turun kapal dan mutasi ke Detasemen Markas. Â
Yadav akan melaporkan pelaksanaan pemeriksaan rujukan di rumah sakit pusat terkait hasil uji pemeriksaan kesehatan (urikkes) berkala yang telah dijalaninya. Setiap prajurit memang wajib menjalani urikkes berkala sekali dalam setahun yang dilaksanakan dinas kesehatan komando, sedang bagi personel satuan operasional ABK kapal perang wajib melaksanakan urikkes kemampuan tempur dan personel pasukan khusus harus menjalani urikkes matra. Semua itu dilakukan untuk memantau kesiapan kesehatan fisik dan mental setiap personel dalam menghadapi setiap penugasan operasi maupun latihan kapanpun dan dimanapun.
"Anda sudah dari rumah sakit?" itu yang aku tanyakan setelah kami berjabattangan dan kupersilakan duduk.
"Siap sudah", Yadav kemudian menjelaskan bahwa dia telah menerima penyuluhan tentang apa yang harus dilakukan dalam tugas rutin sehari-hari, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), rutin kontrol dan membawa isterinya untuk mendapat pemeriksaan kesehatan pada kesempatan berikutnya.
"Jadi anda sudah paham mengapa isteri juga harus diperiksa?".
"Siap sudah Kasub, termasuk anak juga harus diperiksa".
"Sudah anda komunikasikan dengan isteri?"
"Siap belum".
Yadav kemudian menjelaskan kendala yang dialaminya untuk berterusterang tentang kondisi tubuhnya, dia merasa belum siap dan malu.
"Bagaimana bila isterimu dipanggil ke kantor diskes? Aku menawarkan jalan keluar dengan menyiapkan  surat perintah melalui komandan satuannya.
"Siap mohon waktu dua minggu" Ridwan berjanji akan membawa isterinya bertemu denganku, kecuali dia yakin bisa langsung membawa ke rumah sakit pusat pada saat kontrol kesehatan pada bulan berikutnya.
Aku mencatat jadwal tanggal kontrol untuk koordinasi dengan Poliklinik Voluntary Consultating and Testing (VCT) rumah sakit pusat guna memantau ketaatan Yadav bersama isterinya  melaksanakan perintah kontrol kesehatan. Sampai tanggal tersebut Yadav dan isterinya tidak menemuiku. Bagi seorang prajurit, kontrol kesehatan ke rumah sakit tidak hanya berdasar kesadaran pribadi, itu memang baik, namun tidak cukup. Memelihara kesehatan prajurit adalah fungsi komando, artinya kesatuan sebagai pengguna personel bertanggungjawab dan wajib melakukan tindakan sistematis, apakah benar yang bersangkutan sudah pergi ke rumah sakit dan apa hasilnya. Tugas tersebut dilaksanakan oleh perwira personalia yang aktif melaksanakan koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Diskes).Â
Sesuai jadwal yang sudah tercatat, Â bintara penghubung Diskes yang setiap hari memantau prajurit maupun keluarganya yang berobat ke rumah sakit pusat, melaksanakan koordinasi dengan petugas VCT. Waktu pukul 14.00 data kompilasi pasien berobat rawat jalan dan rawat inap sudah sudah kuterima dari bintara penghubung, tidak ada nama isteri Yadav karena dia datang kontrol ke rumah sakit sendirian. Melalui Kepala Satuan Administrasi Personel kutitipkan pesan agar besok perkesempatan pertama agar Yadav menemuiku di ruang kerja.
Keesokan hari, Yadav sudah berada di ruang tunggu tata usaha setelah pelaksanaan apel pagi Diskes. Melalui Klk Lexi kuminta Yadav masuk ruang kerjaku. Dia minta ijin duduk setelah memberikan penghormatan dengan sikap sempurna.
"Mohon ijin Kasub, sampai kemarin saya tidak berhasil menyampaikan apa yang saya alami kepada isteri saya".
"Bulan depan sudah Ramadhan, bulan baik untuk menyelesaikan semua ganjalan hubungan antar manusia. Saya percaya isterimu bisa diajak komunikasi dengan baik"
"Saya sudah enam bulan pisah ranjang Kasub. Mohon maaf baru sekarang saya sampaikan"..
"Lalu kau tinggal di mana?".
"Siap, pindah-pindah kost".
Wah masalah baru lagi, rupanya ini biang keladi problem kesehatan yang diidap Yadav. Aku jadi ingat ketika pertama kali memanggil dia, saat hasil urikkesnya dinyatakan reaktif pada hasil rapid test.
"Apakah selain dengan isterimu, kau juga berhubungan intim dengan perempuan lain?"
"Apa saya kena sifilis Kasubdis?", Yadav malah bertanya, bukan menjawab pertanyaanku.
"Bukan, anda kena infeksi menular seksual yang lain?" Aku minta dia terus terang tentang perilaku resiko tinggi dia selama 4 bulan terakhir, mengingat adanya "window period" atau  masa jendela selama 12 minggu sejak virus masuk tubuh hingga munculnya antibodi..
"Siap, dengan PSK, tiga kali dengan orang yang sama"
"Anda tahu cara penularannya bukan?"
"Siap tahu, saya tidak pakai kondom?"
"Dasar bodoh"
"Siap salah, Kasubdis"
Konyol, bertahun-tahun dinas di kapal perang bisa bersih, justru setelah menjalani tugas di darat yang bisa setiap hari bertemu keluarga malah sakit kelamin.