Pohon-pohon jati meranggas,
Kemarau panjang telah menguras.
Cadangan air hutan Saradan,
Menggugurkan daun untuk bertahan.
Pernah mereka rehat di sana,
Tanpa kata hati bicara.
Masa depan menjadi wacana,
Pada janji semua bermuara.
Janji bertahan sepenuh hati,
Lalu seperti daun kepercayaan berguguran.
Dia tak sekuat pohon jati,
Mampu mengikuti musim tak beraturan.
Puncak kemarau membuat genting,
Dia tak sekuat pohon jati.
Janjinya patah di dahan dan ranting,
Akar tekadnya pun telah mati.
Kini hujan telah datang,
Di hutan Saradan tempat mereka rehat.
Basah humus tanah yang semula kerontang,
Tak mampu menumbuhkan kembali hasrat.
Pohon-pohon jati hutan Saradan,
Telah kembali hijau.
Sendiri kau lewati melanjutkan perjalanan,
Menetapkan tujuan tanpa risau.
Tak ada lagi tentang kapan,
Dia memusnahkan tujuan kebersamaan.
Telah berlalu menata harapan,
Telah kau ikhlaskan kehilangan.
Mungkin nanti di batas cakrawala,
Menemukan janji baru tak membuat kecewa.
Tak perlu berkirim nawala,
Tunas jati kembali tumbuh di jiwa.
Tanpa perlu tahu dia di mana.
Pudji Widodo,
Sidoarjo, Â 02022025 (203/145).
Untuk: FP yang sendiri melanjutkan perjalanan, 2024 seperti Film
Sumber gambar: surabaya.tribunnews.com, 26/1/2013