Dalam kenangan tak pernah lekang,
Menjadi senjata para pejuang.
Bambu runcing senjata utama,
Sepanjang buluhnya melekat doa ulama.Â
Rakyat kekinian tak habis heran,
Bambu teracung di tengah dentum bombardir laut dan udara.
Mengiring amuk anak muda berperan,
Surabaya 1945 terbakar membara.Â
Bambu menusuk dalam peperangan urban,
Menjaga lini pertahanan setiap jengkal.
Buluhnya berhias darah pejuang berkorban,
Demi Indonesia merdeka kekal.Â
Tak pernah tertutup panggung sejarah,
Kini rakyat pun memandang tontonan.
Kisah baru para penjarah,
Buluh bambu telah berganti peran.Â
Panggung berkisah tentang tuan tanah,
Bermodal girik menancap bambu di laut.
Seperti dulu penjajah serakah,
Uang membuat mereka tak takut.Â
Dulu bambu runcing bekal menantang maut,
Teriring gema takbir pejuang gugur terhormat.
Kini bambu tertancap menjadi pagar laut,
Alat tuan penjarah dalam hujat rakyat.Â
Pudji Widodo,
Sidoarjo, 22012025 (201/143).
Sumber gambar:Â jatimprov.go.id)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI