Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer. Pensiunan.

Ada bila berarti

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buluh Bambu Tuan Tanah

22 Januari 2025   05:26 Diperbarui: 22 Januari 2025   13:43 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan pejuang dan bambu runcing karya Sochieb (sumber : jatimprov.go.id)

Dalam kenangan tak pernah lekang,
Menjadi senjata para pejuang.
Bambu runcing senjata utama,
Sepanjang buluhnya melekat doa ulama. 

Rakyat kekinian tak habis heran,
Bambu teracung di tengah dentum bombardir laut dan udara.
Mengiring amuk anak muda berperan,
Surabaya 1945 terbakar membara. 

Bambu menusuk dalam peperangan urban,
Menjaga lini pertahanan setiap jengkal.
Buluhnya berhias darah pejuang berkorban,
Demi Indonesia merdeka kekal. 

Tak pernah tertutup panggung sejarah,
Kini rakyat pun memandang tontonan.
Kisah baru para penjarah,
Buluh bambu telah berganti peran. 

Panggung berkisah tentang tuan tanah,
Bermodal girik menancap bambu di laut.
Seperti dulu penjajah serakah,
Uang membuat mereka tak takut. 

Dulu bambu runcing bekal menantang maut,
Teriring gema takbir pejuang gugur terhormat.
Kini bambu tertancap menjadi pagar laut,
Alat tuan penjarah dalam hujat rakyat. 

Pudji Widodo,
Sidoarjo, 22012025 (201/143).
Sumber gambar: jatimprov.go.id)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun