Mendung tengah hari menandai waktu rehat,
Derit pintu senada hati menjerit.
Meredakan raga dan pikiran penat.
Melaksanakan syariat di bedeng sempit.
Titik air menembus bocor atap,
Rintik hujan jawaban semesta.
Menyejukkan hati meski nafkah tak tetap.
Kepada Tuhan berharap, bukan kepada pembesar dusta.
Hujan turun dari langit yang sama,
Tenda para nayaka praja tertimpa deras.
Mereka berlatih olah jurit padepokan wira ternama,
Setia kepada negara dititahkan keras.
Semangat berbakti nayaka dibangun.
Berkarya tak sekedar anggun.
Menyejahterakan rakyat tak boleh ingkar.
Dalam tenda mewah ada nayaka berpikir liar.
Di bawah deras hujan di bedeng dan tenda mewah,
Pikiran hamba dan nayaka diolah.
Terserah Tuhan, hamba besok makan apa.
Sedang nayaka bertanya kelak mengalahkan siapa.
Pudji Widodo,
Sidoarjo, 28102024 (189/131).
Sumber gambar : kompas.id, 29/1/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H