Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer. Pensiunan.

Ada bila berarti

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bedeng Sempit

28 Oktober 2024   17:44 Diperbarui: 28 Oktober 2024   17:52 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kompas.id


Mendung tengah hari menandai waktu rehat,
Derit pintu senada hati menjerit.
Meredakan raga dan pikiran penat.
Melaksanakan syariat di bedeng sempit.

Titik air menembus bocor atap,
Rintik hujan jawaban semesta.
Menyejukkan hati meski nafkah tak tetap.
Kepada Tuhan berharap, bukan kepada pembesar dusta.

Hujan turun dari langit yang sama,
Tenda para nayaka praja tertimpa deras.
Mereka berlatih olah jurit padepokan wira ternama,
Setia kepada negara dititahkan keras.

Semangat berbakti nayaka dibangun.
Berkarya tak sekedar anggun.
Menyejahterakan rakyat tak boleh ingkar.
Dalam tenda mewah ada nayaka berpikir liar.

Di bawah deras hujan di bedeng dan tenda mewah,
Pikiran hamba dan nayaka diolah.
Terserah Tuhan, hamba besok makan apa.
Sedang nayaka bertanya kelak mengalahkan siapa.

Pudji Widodo,
Sidoarjo, 28102024 (189/131).
Sumber gambar : kompas.id, 29/1/2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun