Berawal dari Cara Memberi Instruksi
Ketika menjalani Pendidikan Dasar Keprajuritan Sekolah Perwira ABRI, salah satu mata pelajaran yang diterima para siswa adalah Cara Memberi Instruksi (CIM). Hal ini terkait peran setiap perwira mulai dari satuan setingkat peleton adalah sebagai komandan, orang tua, sahabat dan guru bagi anak buahnya.
Agar peleton dapat melaksanakan tugas, seorang komandan peleton harus dapat menjaga  kemampuan  teknis peleton dan menjadi guru bagi anak buahnya. Jadi meskipun tidak berkualifikasi sebagai guru militer di lembaga pendidikan, setiap perwira wajib mampu  melakukan CIM sebagai kompetensi komunikasi. Â
Dapat dikatakan CIM adalah bagian dari proses tingkat dasar dalam latihan kepemimpinan. Kepemimpinan yang kelak baik level teknis; taktis dan strategis harus dikuasai seorang perwira untuk kepentingan organisasi satuan, maupun bersinergi dengan semua komponen bangsa.Â
Interaksi dengan semua komponen bangsa pada semua level kepemimpinan satuan TNI menuntut kompetensi komunikasi sosial (komsos). Maka tepat bila TNI AD menetapkan pelatihan komunikasi publik menjadi kurikulum reguler di Seskoad. Kegiatan ini bertujuan agar perwira siswa memiliki
kemampuan komunikasi publik, public speaking dan media handling yang memadai.
Komunikasi sosial dibutuhkan ketika 11 asas klasik kepemimpinan TNI diaplikasikan pada internal institusi, maupun eksternal dalam dinamika bernegara dan berbangsa. Komunikasi sosial diperlukan pada setiap level kepemimpinan untuk menjamin terjaganya kepentingan nasional bersama semua komponen bangsa.Â
Tentu diperlukan gaya komunikasi yang berbeda antara kepentingan internal yang karakternya homogen, dengan karakter eksternal yang multientitas. Maka tergantung kepiawaian individu perwira TNI atau purnawirawan membangun komunikasi ketika berada di dua lingkungan yang karakternya berbeda.
Lingkungan profesi militer bernuansa komando, didominasi kepemimpinan dengan model komunikasi the controlling style yang praktiknya dominan sebagai komunikasi satu arah. Namun bukan berarti di lingkungan militer saran bawahan tidak diperlukan.Â
Sejak level perwira pertama, menyusun telaahan staf untuk menentukan solusi atas suatu permasalahan satuan adalah hal yang biasa dilakukan. Untuk kepentingan strategis termasuk perkembangan organisasi dan regulasi pada tataran nasional, usulan dilakukan dalam bentuk naskah akademik.
Seterusnya demikian pada proses perencanaan militer diajukan beberapa cara bertindak yang dikalkulasi dari prakiraan staf. Tergantung kebutuhan, kapan komandan satuan akan menerapkan gaya komunikasi yang lain, equalitarian style ataukah dynamic style.Â