Mohon tunggu...
Milla Pristianti
Milla Pristianti Mohon Tunggu... Relawan - Perempuan

Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini Angkatan 2017 UIN Malaulana Malik Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cinta Merupakan Dasar dari Hubungan Keluarga

13 September 2019   21:42 Diperbarui: 13 September 2019   21:54 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://brockportchamber.org

Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup dalam hubungan (relationship) dengan manusia lainnya, sehingga kehidupan yang dilakukan oleh manusia yang satu akan mempengaruhi yang lainnya. Hubungan manusia yang satu dan yang lainnya dapat berupa hubungan manusia antar lawan jenis atau hubungan antara sesama jenis. 

Tugas perkembangan masa dewasa secara umum berkaitan dengan perkawinan antara lain, belajar hidup bersama sebagai pasangan dan mulai membina keluarga (Havighrust, 1972 dalam Hurlock, 1999). 

Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin 1995), keluarga merupakan suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas keluarga). 

Sebelum mebina sebuah keluarga kita harus mengetahui tiga komponen cinta agar nantinya keluarga yang kita bangun bisa bertahan sampai kapanpun, tiga komponen cinta tersebut yaitu intimacy, passion, dan commitment. 

Komponen cinta yang pertama yaitu intimacy atau keintiman, Intimacy merupakan elemen emosional dimana meliputi perasaan yang menujukkan adanya kedekatan, keterikatan, dan keterkaitan secara emosional kepada pasangan. 

Komponen cinta yang kedua yaitu passion atau gairah, dimana merupakan elemen motivasional dipenuhi hasrat yang mengacu pada romantisme, ketertarikan secara fisik dan seksual dalam hubungan cinta. 

Hatfield dan Walster (1981 dalam Sternberg 1997), menyatakan bahwa di dalam passion terdapat kerinduan untuk bersatu dengan hal yang lain. Komponen cinta yang ketiga adalah commitment. 

Commitment merupakan elemen kognitif dari cinta yang dalam jangka pendek mengacu pada keputusan seseorang untuk mencintai pasangannya dan untuk jangka panjang mengacu pada komitmen seseorang untuk menjaga serta mempertahankan cintanya.

Dalam sebuah keluarga tiga komponen tersebut sangatlah diperlukan agar hubungan yang kita bangun dengan pasangan kita dapat bertahan lama. Keluarga merupakan agen utama sosialisasi, sekaligus sebagai microsystem yang membangun relasi anak dengan lingkungannya. Sebuah keluarga yang terdiri dari suami dan istri serta anak-anak disebut keluarga inti. 

Orientasi utama terbentuknya keluarga inti adalah kelahiran anak. Ketika sebuah keluarga cepat dikaruniai momongan hubungan percintaan yang dimiliki oleh suami istri akan semakin erat. Ketika sudah memiliki momongan pastinya kita tidak bisa berlama-lama diluar rumah sehingga ingin segera pulang untuk bertemu dengan anak dan pasangan kita. 

Sedangkan ketika sebuah keluarga belum mendapat momongan hubungan percintaan mereka makin melemah, sehingga agar hubungan yang sudah lama dijalani tidak berakhir kita harus memegang erat komponen-komponen dalam percintaan seperti yang sudah disebutkan diatas. 

Terutama commitment, yang menjadi elemen penting dalam sebuah hubungan. Dimana komponen ini mempengaruhi panjang pendeknya hubungan yang dijalani oleh setiap pasangan.

Adapun fungsi dasar keluarga dapat diidentifikasi sebagai berikut:

  • Reproduksi. Keluarga akan mempertahankan jumlah populasi masyarakat dengan andanya kelahiran. Adanya keseimbangan angka natalitas dan mortalitas menjadikan populasi manusia menjadi eksis.
  • Sosialisasi. Keluarga menjadi tempat untuk melakukan tansfer nilai-nilai masyarakat, keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sains yang akan diteruskan kepada generasi penerus.
  • Penugasan peran sosial. Keluarga sebagai mediasi identitas keturunan (ras, etnis, agama, sosial ekonomi, dan peran gender) serta identitas perilaku dan kewajiban. Sebagai contoh, dalam beberapa keluarga, anak perempuan diarahkan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan menjadi pengasuh anak, sedangkan anak laki-laki diarahkan untuk menjadi pencari nafkah.
  • Dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan tempat tinggal, makanan, dan perlindungan. Pada beberapa keluarga di negara-negara industri, semua anggota keluarga kecuali anak-anak berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi.
  • Dukungan emosional. Keluarga memberikan pengalaman pertama anak-anak dalam interaksi sosial. Interaksi sosial dapat berupa hubungan emosional, pengasuhan, jaminan keamanan bagi anak-anak. Keluarga juga memiliki kepedulian pada anggotanya ketika mereka sakit atau mengalami penuaan (Rohmat,2010).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun