[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="sumber gambar: kompas.com"][/caption]
Kabarnya, Indonesia secara dramatis berhasil mengalahkan Singapura dengan skor 1-0 pada lanjutan penyisihan Grup B Piala AFF 2012. Katanya pula, ini merupakan kemenangan perdana Indonesia atas Singapura dalam 14 tahun terakhir. Kemarin sore siaran bola itu ditayangkan langsung di layar kaca, sampai nabrak waktu sholat. Ketika adzan berkumandang, bukannya bersegera menuju ke masjid, justru teriakan “gooollll” bagai koor yang memenuhi ruang-ruang kos-kosan putra (bahkan putri) di daerah Pogung.
Semalam, aku tidak tidur kecuali satu jam saja, 02:00 – 03:00 pagi. Mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan, kejar deadline revisi skripsi. Kupikir tinggal aku sendirian yang masih terjaga pada malam selarut itu, ternyata sayup-sayup masih kudengar suara laptop di kamar sebelah. Kutengok, ada yang belum tidur juga, sedang nontong film Korea. Katanya, Arang judulnya.
Paginya, adzan subuh berkumandang. Seperti kebiasaan, yang bangun duluan harus membangunkan yang lain. Mengetuk pintu kamar demi kamar, memanggil-manggil nama penghuni kamar.
“Ayo sholat subuh. Sudah adzan dari tadi loh…”
Cuma jawaban samar yang kudengar dari kamar sebelah. Lalu hening lagi. Kutinggal berwudhu ke belakang, mampir lagi ke kamar sebelah. Panggil lagi namanya dengan lebih keras, memberitahukan sholat jamaah akan segera dimulai. Jawaban samar lagi yang kudengar, lalu hening.
Tinggalkan dulu untuk sholat qobliyah subuh, sementara gantian orang lain yang membangunkannya. Jawaban samar lagi, lalu hening. Maka, kita mulai sholat subuh tanpa dia. Usai sholat kita bangunkan lagi. Jawaban samar lagi, lalu hening. Kita baca Qur’an dulu 2 lembar, lalu ke kamarnya lagi, ini peringatan terakhir. Jawaban samar lagi, lalu hening.
Ah, sudahlah!
Sudah berkali-kali kami (teman-temannya) berusaha membangunkan, tapi ternyata rasa kantuk membuatnya memilih tidur dan terlambat sholat jama’ah. Sayang sekali, pahala 27 derajat itu disia-siakan. Dia pilih munfarid, hanya 1 saja pahalanya. Sungguh merugi, Kawan!
Bola dan film Korea. Tak sadarkah kalian wahai, Kawan. Bahwasanya apa yang kalian lakukan itu ibarat menciptakan Tuhan-Tuhan baru? Mengapa menggelindingnya bola mengalahkan panggilan Rabb-mu untuk bersegera menunaikan sholat? Mengapa film Korea kau bela-belain ditonton hingga larut sementara adzan subuh kau abaikan? Adakah bola dan film Korea lebih kau cintai daripada Rabb-mu? Itukah Tuhan-Tuhan baru kalian?
Sejujurnya aku bukanlah orang yang terlalu saklek, melarang kalian nonton bola ataupun nonton film Korea. Silakan. Toh hobi dan minat setiap orang itu berbeda-beda. Mungkin ada yang hobinya nonton bola atau film Korea? Tak masalah. Asalkan proporsional dan sewajarnya saja. Jangan berlebihan. Apalagi sampai mengalahkan seruan Tuhan. Kalaupun adzan berkumandang, tandanya Allah tengah memanggil-manggil kita. Dahulukan seruannya. Rugikah kiranya meninggalkan tayangan bola barang 5 sampai 10 menit?