Mohon tunggu...
Puji Astuti
Puji Astuti Mohon Tunggu... -

Lebih baik disakiti dengan kejujuran, dari pada dibahagiakan dengan kebohongan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Good Night

19 Desember 2016   13:08 Diperbarui: 19 Desember 2016   13:16 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini, langit yang bersih cerah, bulan dan bintang saling berpacu untuk menunjukkan sinarnya. Disertai hembusan angin malam yang meniupi rambutku sehingga membuatnya jadi urak-urakan. Kini aku berada di kamarku yang mungil ini, bersandar dan menatap keluar jendela yang sejak tadi membuatku penasaran. 

Aku pun tak sanggup menahan rasa penasaranku ini, saat aku menatap ke arah langit tiba-tiba aku merasa bahwa ada seseorang dibalik semak-semak aku pun semakin penasaran ditambah lagi angin semakin berhembus dengan kencang membuat buluk kudukku jadi berdiri. Aku berusaha mengendalikan rasa penasaranku ini, aku masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu jendelaku dan berbaring di ranjang tidurku. 

Aku mulai menutup mataku dengan perlahan, tiba-tiba jendela kamarku terbuka sangat lebar serta gorden di kamarku melayang-layang karena tertiup angin. Sontak aku kaget akan hal ini aku mencoba menutup jendela kamarku lagi namun sayangnya pada saat itu angin sangat berhembus dengan kencang, aku pikir malam ini akan terjadi badai yang besar tapi ternyata aku salah sosok besar dan tinggi masuk ke dalam kamarku ia mendekatiku perlahan demi perlahan.

Aku mulai mundur perlahan demi perlahan saat dia mendekatiku, aku mencoba untuk teriak sekencang-kencangnya alhasil tak ada satu pun yang mendengar teriakkanku. Dia terus mendekat, mendekat, mendekat dan terus mendekat ia mendekatiku sambil membawa pisau kecil yang telah berlumuran darah. 

Tubuh berbujur kaku keringat keluar dari seluruh tubuhku bahkan aku hampir saja terkencing karena tak kuat menahan rasa takutku ini. Aku berpikir apakah ini malam terakhirku berada di dunia ini, aku sudah tidak dapat bergerak dan berkutik lagi lagi karena sekujur tubuh kaku tak bisa berkutik aku pasrah bahwa ia akan membunuhku .

Ia tepat sekali berdiri di depanku badannya yang tinggi tangannnya dingin serta ia memakai jubah berwarna hitam, dan ia membawa sebuah pisau yang berlumur darah dan bertulisan GOOD NIGHT. Ia mengarahkan pisaunya ke perutku saat ia mengarahkan pisaunya yang bertulisan GOOD NIGHT itu aku menutup mataku rapat-rapat, selain itu hatiku berbicara 'Ibu, Bapak, Adikku yang aku sayangi maafkan aku bila aku ada salah pada kalian semua' batinku bicara. kemudian tanpa basa-basi ia langsung menancapkan pisaunya ke perutku dan ia berkata "GOOD NIGHT" ucap pembunuh tersebut. Lalu ia menarik pisaunya dan pergi meninggalkan aku yang sedang sekarat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun