Mohon tunggu...
IDM JAMBI
IDM JAMBI Mohon Tunggu... -

Ikatan Diaspora Muda Jambi atau IDM Jambi adalah organisasi kepemudaan yang mewadahi pemuda asal Propinsi Jambi yang sedang dan telah berkarya di luar negeri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penari Terakhir

7 Maret 2019   19:55 Diperbarui: 7 Maret 2019   20:11 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah cerita karya dari Frisca Intan Luzia (Diaspora Jambi di Thailand)


'' Hari masih terlalu muda pagi ini , angin di tepi sungai Istanbul lumayan kencang menerbangkan ujung-ujung tirai tenda warna-warni yang berjejer dan aku sudah duduk rapi ditemani secangkir kopi turki dengan sedikit taburan bubuk kayu manis kesukaanku.Hanya ada beberapa orang yang terlihat sibuk mengecek jam tangan dan koran-koran, sebagian lagi bergegas pergi menyusuri jalan kayu ini menyisakan bunyi decitan kecil di sela-sela gemericik air.Sementara aku terus membolak- balik kertas puisi tua darinya. Perasaanku sungguh tidak nyaman, tidak seperti 3 bulan yang lalu.Akumenunggu seseorang yang sejaklama biasa aku temui untuk yang terakhir kali, ya tak perlu lagi ku temui''

Penari malam

Perempuan itu
Penari yang kegirangan
karena nyawanya sebentar lagi akan meregang
Hentak-hentak kaki dan pinggulnya,

melayang-layang hempas badannya ,

sengal-sengal deru nafasnya
meringkik-ringkik dalam hujan
Menyiut api segala rupa

Tak sabar ia melepas seluruh luka
Harap secepat tabuhan gendang yang memekik-mekik malam
Menukik ingatan-ingatan yang tak ingin diulang
juga remah-remah kenangan salah paham
Yang luput dari pembicaraan hati dan pikiran
Kau

Ah, dia lebih mati dari mati
Sudah jangan dicari

Dua puluh tujuh tahun yang lalu

'' Hanya dua kantung lagi, Rwanda. Dan kita bisa mencicipi sagu manis hari ini !'' ujarku semangat pada sepupu terbaikku. Setiap hari rabu dan sabtu anak -- anak seperti kami harus mencuci pakaian penari-penari , mencelup kain dan selendang di ember yang berisi bubuk pewarna, juga membersihkan tengkuluk dengan sangat hati-hati tanpa membuat nya lecet sedikitpun. Tengkuluk berbentuk seperti mahkota berwarna hitam, merah, atau emas dengan jumbai panjang menggantung dibelakangnya, indah sekali, biasa dipakai penari-penari perempuan, pengantin dan tetua di kampung kami, Kerinci. Rwanda hanya membalasku dengan senyum manisnya, kami selalu menantikan bubuk sagu manis dengan pandan dan secangkir kopi panas dengan celupan kayumanis merah, menyenangkan sekali. Tapi hari ini dia tampak kurang bersemangat, wajahnya sedikit pucat, matanya berkantung seperti kelelahan dan aku melihat sekilas bekas biru di lengan kanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun