Di pinggiran kota yang sunyi,
Dihimpit kegelapan malam yang hening,
Terbaring sebuah rumah kecil nan remang,
Di sana, kemiskinan menggeliat memang.
Lemahnya nyala lampu yang redup,
Menyiratkan cerita tentang hidup,
Di balik jendela, bayang-bayang tak berujung,
Menatap langit yang kelam, tak terucap satu kata pun.
Anak-anak kecil, mata yang lelah,
Berlarian di lorong-lorong sempit, penuh derita,
Dalam tangisan mereka, terdengar getar getir,
Meratapi nasib, menghadapi hari demi hari.
Pintu rumah terbuka, tak ada harta yang berlimpah,
Hanya selembar tikar sebagai alas,
Di pojok gelap, terbaring seorang tua renta,
Menghitung hari-hari yang tak bersahabat, hampa.
Kemiskinan, sebuah kisah pilu yang tak terhingga,
Merintih di setiap sudut, di tiap detik mengalir,
Namun, di antara segala penderitaan yang menghimpit,
Terbitlah kekuatan, harapan yang tak pernah padam, bersemi.
Meski dalam kemiskinan, jiwa tetap tegar berdiri,
Mengarungi gelombang kesulitan, meraih impian yang nyata,
Sebuah puisi tentang kemiskinan, bukanlah cerita kelam semata,
Tapi juga tentang kegigihan dan keberanian, melangkah menuju cahaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H