Menghasilkan pembelajaran yang menarik menjadi salah satu contoh peluang dari pembelajaran daring. Guru dituntut menjadi lebih kreatif dalam membuat kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan dengan memilih metode dan sumber pembelajaran yang efektif dan menyenangkan pula (Badrun & Syaifudin, 2020: 148). Guru juga dapat menggunakan aplikasi YouTube untuk mencari referensi cara mengajar (Tafonao & Saputra, 2021), dalam membuat materi belajar agar peserta didik tidak jenuh saat membacanya, dll.
Pengajar dan peserta didik dapat mengatur waktu pembelajaran sehingga menjadi lebih fleksibel. Waktu pembelajaran dapat dipersingkat jika ada pertemuan tatap maya seperti misalnya menggunakan media Zoom Meeting. Mempersingkat tatap maya sebagai pencegahan peserta didik menjadi bosan sehingga bisa saja materi yang disampaikan oleh guru justru tidak dihiraukan.
Pendidikan dan Kurikulum dalam Pandangan Michael W. Apple
Sekolah pada era pandemi ini dianggap sebagai formalitas kewajiban saja, mirisnya belajar daring harus dilakukan siswa tanpa adanya rasa kemanusiaan dan sosialisasi yang guru berikan pun minim karena keterbatasan media dan rendahnya pemahaman literasi digital hanya membuat dehumanisasi dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum saat ini hanya dianggap sebagai instrumen pembelajaran karena esensinya dirasa telah terdegradasi, tetapi nyatanya siswa tidak mendapatkan yang seharusnya didapat karena pembelajaran online.
Michael W. Apple dalam bukunya Ideology and Curriculum (1979) melihat adanya relasi antara pengetahuan dan kekuasaan dalam pendidikan. Kurikulum bukanlah hal yang diterima begitu saja (taken for granted), Apple melihatnya sebagai hasil kontestasi kekuatan oleh kelompok dominan, dan dapat diartikan pemerintah dan negara sebagai kelompok dominan. Kelompok dominan menempatkan sekolah sebagai "mesin besar demokrasi" di mana mereka telah mengklaim melahirkan berbagai unsur kebenaran dalam praktik kurikulum di sekolah. Apple juga menjelaskan bahwa sekolah melahirkan berbagai ketimpangan yang diproduksi sekolah.
Ketimpangan dapat dilihat pada alat pembelajaran, seperti ada siswa yang ekonominya bagus sehingga mengikuti pembelajaran daring dirasa mudah, serta motivasi belajar siswa dalam kurikulum darurat pendidikan formal. Rekonstruksi pendidikan dari pemerintah sebagai kelompok dominan yang mampu memberikan kekuatan didalamnya dibutuhkan dalam belajar daring. Karena jika dilihat, kurikulum juga digunakan sebagai arena kontestasi untuk menanamkan pengaruh ideologisasi dan politiknya. Hal tersebut tertuang dalam buku Apple yang berjudul Ideology, Curriculum, and the New Sociology of Education.
Penutup
Covid-19 telah membatasi pergerakan masyarakat untuk berkegiatan di luar rumah, termasuk untuk bersekolah. Sehingga pendidikan formal dengan cara konvensional diganti dengan cara belajar daring. Masih banyaknya siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran daring secara optimal dengan berbagai alasan. Namun, keterbatasan ini tidak hanya menimbulkan tantangan melainkan juga menimbulkan peluang. Penulis menyarankan agar guru dan peserta didik dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik-baiknya. Dan penulis juga menyarankan kepada pemerintah untuk tetap menyalurkan bantuan kuota belajar secara merata dan memprioritaskan yang lebih membutuhkan.
Daftar Pustaka
Buku:
Badrun, U. dan Syaifudin. 2020. Pengantar Pendidikan Sosiologi (Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi). Jakarta: Labpendsos UNJ.