manajemen modal insani (Human Capital Management System - HCMS) yang terstruktur dan strategis menjadi kunci keberhasilan Laboratorium Kesehatan Jawa Barat dalam menghadapi transformasi menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Faktor utama yang perlu diperhatikan adalah kepemimpinan, keterlibatan karyawan, akses pengetahuan, optimalisasi tenaga kerja, dan kapasitas pembelajaran. Transformasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas layanan tetapi juga membuka peluang untuk inovasi dan efisiensi operasional.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistemLaboratorium kesehatan memainkan peran vital dalam sistem kesehatan masyarakat, termasuk diagnosis penyakit, pemantauan wabah, dan dukungan pengembangan vaksin, sebagaimana terlihat selama pandemi COVID-19. Laboratorium Kesehatan Jawa Barat, yang didirikan pada 1970, kini menghadapi tantangan besar untuk bertransformasi menjadi BLUD pada Januari 2025 sesuai arahan Kementerian Kesehatan.
Transformasi ini bertujuan meningkatkan otonomi, akuntabilitas, dan kualitas layanan kesehatan di Jawa Barat. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kesiapan modal insani (human capital). Dalam konteks ini, penting bagi organisasi untuk memiliki sistem manajemen yang efektif untuk memastikan kompetensi karyawan sejalan dengan kebutuhan perubahan organisasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara semi-terstruktur dengan manajer utama Laboratorium Kesehatan Jawa Barat. Sedangkan data kuantitatif dikumpulkan melalui survei kepada karyawan, menggunakan model statistik SEM-PLS untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor modal insani dan kinerja organisasi.
Penelitian ini juga menerapkan kerangka kerja 7S McKinsey untuk merancang strategi transformasi yang melibatkan tujuh elemen utama: Strategi, Struktur, Sistem, Nilai Bersama, Gaya, Staf, dan Keterampilan.
Temuan Utama
Kepemimpinan (Leadership Practices):
- Kepemimpinan saat ini dinilai cukup efektif, tetapi diperlukan strategi pengembangan talenta dan rencana suksesi untuk mempersiapkan pemimpin masa depan.
- Manajemen perlu meningkatkan kapasitas kepemimpinan dengan pelatihan strategis untuk menghadapi tantangan BLUD.
Keterlibatan Karyawan (Employee Engagement):
- Tingkat keterlibatan karyawan perlu ditingkatkan. Sistem penilaian kinerja yang lebih adil dan berbasis kompetensi akan memotivasi karyawan untuk meningkatkan kontribusi mereka.
- Program penghargaan berbasis kinerja dapat mendorong partisipasi yang lebih aktif dan kreatif.
Akses Pengetahuan (Knowledge Accessibility):
- Saat ini, akses informasi masih terbatas. Diperlukan platform digital untuk berbagi pengetahuan, seperti dokumen operasional standar, panduan kerja, dan pembaruan kebijakan.
- Kegiatan seperti pelatihan online dan "Sharing Friday" dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan akses informasi.
Optimalisasi Tenaga Kerja (Workforce Optimization):
- Manajemen harus mengoptimalkan tenaga kerja dengan memanfaatkan data kompetensi karyawan dan kebutuhan organisasi.
- Infrastruktur yang mendukung, seperti peningkatan fasilitas laboratorium dan peralatan modern, diperlukan untuk mendukung efisiensi kerja.
Kapasitas Pembelajaran (Learning Capacity):
- Pelatihan teknis jarang dilakukan karena keterbatasan anggaran. Perlu rencana pelatihan yang lebih terstruktur dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan organisasi selama 3-5 tahun mendatang.
- Evaluasi program pelatihan harus diperbaiki untuk memastikan hasil yang konsisten dan relevan.