Mohon tunggu...
Rizka Maulidya
Rizka Maulidya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

segala sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab dan tanpa mempedulikan orang berkata apa. Saya akan lakukan !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bayi-Anak-Remaja-Dewasa-Tua

4 Desember 2013   00:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:21 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kenapa seorang bayi mampu mengenali wajah ibunya? Bagaimana seorang bayi mampu membedakan wajah orang yang tidak dikenalinya, sehingga iya menangis ketika berada didekat orang asing? Sejak kita bayi, kognitif seorang bayi sudah mengalami perkembangan, termasuk dengan memorinya. Nah sekarang kita coba sedikit mengulas tentang kognisi sepanjang kehidupan ya.

Dari bayi setelah sampai ia tumbuh berkembang kognisinya akan terus berkembang. Dari kemampuan sensorimotorik nya, pemikirannya, sudut pandangnya, dan yang lain. Awalnya bayi selalu membedakan benda karena ia selalu terbiasa dengan benda tersebut. Semakin bertambahnya usia sang bayi, semakin pandai pula seorang anak tersebut memilah-milah objek atau benda yang diamatinya. Ketika janin berada dalam kandungan otaknya masih belum berkembang dengan sempurna. Dan akan mulai sempurna pada bulan ke 8 dan 9 kehamilan. Perkembangan otak dan perkembangan kognitif sendiri tidak terlepas dari lingkungan dimana ia tinggal.

Kemampuan kognitif dasar melibatkan perolehan informasi dari lingkungan dan penyimpanannya, serta memanipulasi informasi dalam memorinya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana sudut pandang kognitif berguna untuk memahami beberapa aspek penting perkembangan manusia. Faktor genetic memegang peranan penting dalam menentukan kemampuan verbal, spasial, dan intelegensi pada anak. Lingkungan juga mempengaruhi spesifik perilaku anak tersebut. Seperti masih ingatkan kalian tentang cerita balita berinisial “S” yang dari kecil ia sudah merokok, dan saya juga pernah melihat video tentangnya. Saya hanya bisa mengelus dada melihat “S” berbicara layaknya orang dewasa, dimana kata-kata yang diucapkan tidak sepantasnya diucapkan seorang balita. Dalam kasus ini jelas lingkungan yang mempengaruhi “S” menjadi balita yang berbeda dengan balita lain. Dia bergaul dengan orang dewasa yang kurang baik.

Ketika anak pada usia bayi ataupun balita, ia suka memperhatikan hal-hal yang disukainya. Pada usia bayi ia sudah memiliki perhatian selektif untuk memfokuskan perhatiannya pada apa yang dianggapnya relevan. Ketika anak bertumbuh makin dewasa, mereka semakin mampu mengontrol perhatiannya dan beradaptasi terhadap tugas-tugas yang berbeda. Bayi akan suka melihat dan memperhatikan wajah seseorang yang sedang menggendongnya. Hal ini yang menyebabkan seorang bayi mampu mengenali antara orang asing dan ibunya sendiri atau orang yang selalu bersamanya.

Mungkin selama ini kita menganggap bahwa bayi tidak memiliki memori, karena ketika kita ditanya tentang masa bayi kita, kita tidak akan ingat. Tapi bukti ilmiah (Mandler&McDonough,1998 ) menjelaskan bahwa bayi memiliki memori terhadap peristiwa sebaik kemampuannya membentuk konsep. Dan selama mereka memasuki usia sekolah, anak memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengorganisasikan hal-hal yang harus diingatnya. Sekalipun bayi yang baru lahir mampu menyimpan informasi dalam memori, tetapi ada factor yang mempengaruhi penyimpanan informasinya. Factor tersebut meliputi sumber informasi, pengetahuan individu sebelumnya, dan jaringan structural yang telah terpola. Biasanya bayi mampu menyimpan informasi yang diberikan orang terdekatnya seperti ibunya.

Ketika seseorang mengalami penuaan, segala sesuatunya akan mengalami penurunan. Dari memori, kesehatan, bentuk fisik dan yang lainnya. Tapi untuk kognitifnya tidak akan mengalami penurunan kecuali memori yang dimilikinya yang mengalami penurunan atau kerusakan.

Cukup sekian ya share kita hari ini, terima kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat. Komentar kalian sangat bermanfaat bagi penulis, entah itu penambahan materi, atau komentar gaya penulisan.

Wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun