XL dan Indosat cenderung fokus pada Jawa yang gemuk. Dan sekarang dengan sudah terlalu matangnya pasar Jawa, kedua operator ini seperti gagap menghadapi persaingan di luar Jawa khususnya di Indonesia Timur. Nah dengan kondisi seperti itu, tarif lebih murah yang dikeluarkan TElkomsel sudah bisa dipastikan bakal memperparah kinerja operator lain, dan akibatnya industry menjadi kurang sehat karena sebagian operator kehilangan profitabilitasnya.
Lalu, apa yang terjadi setelah itu …nah ini adalah akibat ketiga jika Telkomsel menurunkan tarif, yaitu TIDAK ADANYA PEMBANGUNAN lebih lanjut. Di tahun-tahun pertama mungkin Telkomsel akan menikmati euphoria pelanggan berpindah dari operator lain. Pangsa pasar naik drastis…sementara operator lain muram dan mulai lebih hati-hati merancang rencana investasi. Namun di jangka lebih menengah dan panjang bisa dipastikan Telkomsel pun akan melemah.
Revenue mulai menciut, sementara biaya bisa saja naik karena mengelola pelanggan yang lebih besar. EBITDA margin bisa jadi turun dan laba bersih otomatis akan tergerus. Nah dalam kondisi seperti ini, apakah Telkomsel akan melakukan pembangunan infrastruktur seluas dan seagresif sebelumnya ? Ayo bayangkan dengan nalar yang benar.
Tentu pertimbangannya akan lebih dalam, apalagi pemegang saham pasti menuntut keuntungan yang bertumbuh. Profitabilitas perusahaan yang melemah akan berdampak pada rencana pembangunan. Nah kalau sudah begini siapa yang dirugikan ? Ya ujung-ujungnya masyarakat juga kan …. Daerah perbatasan, pelosok, terpencil, terluar yang dulu dibangun dengan alasan pelayanan karena tidak ada nilai bisnisnya, saat ini pasti tidak menjadi prioritas. Kantong-kantong profit lah yang akan diutamakan, hal yang biasa dalam perusahaan.
Andai-andai kita tidak berhenti sampai di sini….masih ada akibat lanjutan jika Telkomsel turunkan tarif. Setelah kinerja melemah, masih ada pihak yang secara langsung dirugikan. Negara adalah salah satunya. Telkomsel dua tahun berturut-turut menjadi pembayar pajak terbesar di Indonesia. Jika kinerja melemah, otomatis pajak yang disetorkan ke negara pun akan menurun. Padahal kita tahu pajak inilah yang turut membangun infrastruktur bagi masyarakat luas.
Lalu yang dirugikan lagi adalah pemegang saham. Telkomsel dimiliki 65% oleh Telkom yang notabene adalah BUMN. Logikanya kalau laba bersih Telkomsel turun, dividen yang dibayarkan ke Telkom pasti akan turun. Dan otomatis dividen untuk negara pun akan turun yang berpotensi menghambat pembangunan nasional.
Dan terakhir pastinya yang juga dirugikan adalah masyarakat. Dengan melemahnya kinerja, melambatnya pembangunan, efek berganda yang diciptakan oleh Telkomsel juga akan berkurang. Lapangan kerja, channel distribusi, geliat perekonomian bisa jadi akan ikut menurun seiring dengan lemahnya industry telekomunikasi.
Tapiii…..ini semua cuma “andaikan” kok… Hanya membayangkan dan mencoba membuat simulasi berdasarkan logika yang benar dan data yang akurat. Apakah memang kenyataanya akan persis seperti ini ? SIlakan dicerna lagi…Sebab apapun kebijakkan yang akan diambil akan berdampak panjangnya serta tidak menguntungkan bagi pelanggan maupun bangsa dan negara….
Semoga kita masih diberi akal sehat untuk berpikir dan mencerna segala informasi dari media social. Jangan ditelan bulat-bulat tanpa menggunakan akal sehat dan data yang benar….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H