Untung saja harga $GOTO per 30 Juni 2022 tercatat seharga Rp. 388, maka selamatlah Telkom dari pengakuan rugi dari saham GOTO, sebab per 31 Maret 2022 TLKM mengakui harga saham GOTO Rp. 338. Â Dan jika ditelusuri hingga akhir tahun 2021, dimana TLKM mengakui harga saham GOTO Rp. 375 per lembar, maka hasil sementara, investasi pada GOTO telah berkontribusi terhadap laba Telkom sebesar = (388 -- 375) X 237,2 juta lot = Rp. 305 miliar (CLK 10). Â Lumayanlah.... Daripada kalau harus pakai harga goto saat ini yang hanya sebesar Rp. 296 per lembar, maka TLKM harus mengakui rugi 1,78 triliun dari penurunan nilai saham GOTO.
Telkom, seperti biasa selalu melakukan kebijakan investasi yang ekspansif, termasuk dahulunya investasi di GOTO, itu sebabnya utang berbunga selalu saja bertambah. Â Untuk 6 bulan, utang berbunga naik sebesar = uang terima dari utang bank -- uang bayar utang bank = 23,93 triliun -- 15,23 triliun = Rp. 8,7 triliun.
Padahal total belanja investasi untuk 6 bulan hanya sebesar Rp. 17,57 triliun. Â Untuk belanja investasi tersebut, sebenarnya, jika menggunakan internal cash, jumlahnya jauh lebih dari cukup, bayangkan uang yang berasal dari "cash profit" atau depresiasi dan amortisasinya saja mencapai Rp. 16,99 triliun. Â Jadi praktiks emiten ini, secara teoritis tidak perlu menambah utang berbunga.
Mungkin ada rencana lain, sejujurnya saya tak tahu. Â Tetapi yang terlihat, malahan atas tambahan utang tersebut, pada saat ini, digunakan untuk bayar dividend. Â Itu sebabnya meskipun TLKM hanya menghasilkan surplus CFO sebesar Rp. 34,94 triliun dan uang nya telah digunakan untuk belanja investasi sebesar Rp. 16,99 triliun, tetapi masih mampu bayar dividend sebesar Rp. 22,39 triliun, tanpa harus menurunkan saldo kas periode berjalan, malah jumlah saldo kas semakin bertambah.
Selebihnya tentang TLKM, menurut saya masih the wonderful company and wonderful business. Â Sebab meskipun jadi bancakan ramai-ramai, tetapi labanya masih terus tumbuh, dan kemampuan bayar utang berbunga, masih terlalu "aman". Â Dimana total utang berbunga hanya sebesar Rp. 61,46 triliun, tetapi EBITDA yang disetahunkan mencapai Rp. 80,74 triliun. Â Artinya kemampuan emiten ini membayar utang berbunga (DCSR) mencapai = 80,74 / 61,46 = 1,31 kali, atau kalau dalam satuan waktu, secara teoritis utang berbunga tersebut dapat dilunasi hanya dalam waktu 9 bulan saja.
Demikian semoga bermanfaat.
DYOR
Sumber Laporan keuangan Telkom q2-2022
Kalau ada pertanyaan tentang LP keuangan emiten di BURSA, silahkan disampaikan nanti akan kita diskusikan dan saya jawab semampunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H