Tidak bosan-bosan saya mengulas emiten IPO dari sudut pandang "saham baru-sebelum IPO" yang diterbitkan untuk diberikan kepada PSP menjelang IPO. Saya tidak tertarik untuk membahas kinerja bisnis emiten yang akan IPO secara detail, sebab sudah dalam-dalam dibahas, ujung-ujungnya tujuan IPO hanya "perkara bagaimana caranya mensejahterakan PSP (Pemegang Saham Pengendali)". Jadi untuk apa lihat fundamental bisnisnya terlalu mendetail??!?!? Kalau memang tertarik, tunggu saja Ketika harga saham IPO menjadi normal kembali.
Ciri-ciri utama, emiten IPO yang tujuan utamanya adalah mensejahterakan shareholder PSP sebagai berikut; emiten menerbitkan saham baru, yang waktunya hanya beberapa bulan sebelum IPO, kemudian saham baru tersebut dijual kepada PSP-existing dengan harga semurah-murahnya ($GOTOÂ hanya Rp. 1 per lembar), dan jika dimungkinkan harga saham barunya gratis..tis..tis.... yaitu melalui skema financial engineering, apa yang disebut dengan "kapitalisasi goodwill", atau "kapitalisasi revaluasi asset", atau "kapitalisasi laba yang tiba-tiba meroket".
Yang ajaibnya, hanya beberapa bulan kemudian, atau pada saat IPO, emiten kembali menerbitkan "saham baru (IPO)", kemudian ditawarkan kepada publik melalui pasar perdana (IPO), dengan harga yang berlipat-lipat harganya dibandingkan dengan harga saham baru yang ditawarkan kepada PSP, beberapa bulan sebelumnya. Tapi aneh bin ajaibnya saham IPO-nya laku....
Contoh emiten KRYA pada tanggal 1 Maret 2022 mencetak saham baru sebanyak 8 juta lot dengan harga jual kepada PSP sebesar Rp. 25 per lembar. Dan beberapa bulan kemudian, emiten kembali menerbitkan "saham baru", sebanyak-banyak 3,25 juta lot melalui skema IPO, yang kemudian ditawarkan pada range harga Rp. 120 -- Rp. 130 atau 5 kali lipat lebih mahal.
Adapun sumber uang yang dikeluarkan oleh PSP, untuk mendapatkan saham baru adalah "dividend yang diterima para PSP" kemudian oleh PSP, uang yang diterima dari dividend dibelanjakan balik untuk membeli saham baru. Dengan demikian transaksi pembelian saham baru oleh PSP, meskipun hanya transaksi tek-tok, masih dapat dianggap wajar karena laba yang dibagikan sebagai dividend adalah laba yang mencerminkan aktifitas normal emiten, bukan laba yang tiba-tiba meroket menjelang IPO karena aktifitas financial engineering. Hanya saja nasib para PSP lebih beruntung dibandingkan dengan publik, sebab PSP membeli "saham baru" sebanyak 8 juta lot, pada harga murah hanya seharga Rp. 25 per lembar.
Yang membagongkan, cuman selang beberapa bulan, tiba-tiba harga "saham baru (IPO)" sebanyak 3,25 juta lot, ditawarkan kepada publik dengan harga meroket kelangit antara Rp. 120 -- Rp. 130 per lembar. Itu sebabnya tidak mengherankan, kalau banyak PSP yang kemudian tergoda untuk ikutan menjual "saham baru" yang dimiliki sebelum IPO untuk turut dijual kepada publik pada saat perusahaan listing. Dimana jika PSP menjual saham baru pada harga gocappun tetap dapat untung 1 bager.
Hanya saja kelakuan PSP, terkadang suka kebablasan, sampai saham lamanya juga ikutan di jual, akhirnya kepemilikan PSP menyusut, bahkan ada yang tersisa 0 atau tidak signifikan lagi, misalnya ENVY dan $HKMU dimana kepemilikan publik telah mencapai 100%, atau $BEBS PSP-PT Berkah Multi Betonyang tadinya memiliki 28,78% setelah setahun lebih IPO sekarang kepemilikan susut menjadi 10,07%. Atau emiten $DUCK yang pada saat IPO kepemilikan publik 40%, sekarang telah menjadi 87%.
Adapun perlindungan #otoritas terhadap IPO-model beginian hanya sebatas, para PSP yang membeli saham baru pada harga murah-meriah 6 bulan sebelum pendaftaran IPO, maka para PSP tersebut dilarang jualan saham sebelum 8 bulan setelah listing. Â Setelah 8 bulan maka nasib anda, anda yang tentukan sendiri.
Demikian semoga bermanfaat.
Sumber pospektus IPO : https://www.e-ipo.co.id/id/pipeline/get-propectus-file?id=131&type=