Sekarang saya mau memulai dengan menggunakan logika pedagang, mungkin lebih gampang anda cerna.
IPO adalah jualan modal untuk yang "pertama kalinya" kepada publik. Â Satuan modal adalah "saham". Â Oleh karena itu IPO merubah saham menjadi "barang dagangan".
Proses selanjutnya setelah IPO, terserah bapak PSP, apakah akan ikut-ikutan menjual sahamnya kepada publik atau tidak. Â Yang pasti, karena "saham" telah menjadi "barang dagangan", maka PSP diberikan kesempatan untuk jualan saham. Â
Untuk dapat menjual saham, tentu saja para PSP telah paham harus menerbitkan "saham baru" terlebih dahulu, sebanyak-banyaknya bila perlu. Â Saham baru tersebut yang kemudian akan dijual kepada investor publik.
Jika biaya produksi saham baru = uang yang disetorkan, maka agar supaya untung, PSP harus jual saham baru miliknya di atas harga setoran modal. Â Dan tentu saja kalau mau langsung untung, maka setoran modal saham baru pakai modal dengkul!!
Praktik paling umum untuk mencetak saham baru tanpa perlu setoran modal dari PSP adalah dengan cara revaluasi asset, atau dengan cara memasukan nilai goodwill dalam pengegelembungan nilai asset. Â Hasil penggelembungan tersebut kemudian dikapitalisasi menjadi setoran modal dengan cara mencetak "saham baru".Â
Tentu saja penggelembungan harus menggunakan cara yang beradab, misalnya dengan mengajak KJPP untuk menilai ulang asset milik perusahaan yang akan menjual saham.
Tetapi kalau cara "restrukturisasi-nya tidak canggih" akan meninggalkan jejak yang tidak perlu, seperti munculnya akun "goodwill" atau "revaluasi asset pada neraca". Â
Sehingga investor yang "apatis" alias tidak perduli dengan nilai tersebut, misalnya terhadap nilai "goodwill" pada buku $GOTO akan langsung dikeluarkan dalam penilaian, maka nilai 100% modal / ekuitas / saham sebelum IPO sebesar = total ekuitas -- goodwill = 130,48 triliun -- 93,87 triliun = Rp. 36,7 triliun.Â
Karena GOTO melepaskan 3,43% saham nilai ekuitas (buku) hanya sebesar = 3,43% X 36,61 triliun = Rp. 1,26 triliun. Â Tetapi karena kebaikan hati publik, GOTO memperoleh pendanaan dari menjual saham baru (yang diproduksi pada saat IPO) sebesar Rp. 13,73 triliun. Â Dengan demikian perusahaan untung = 13,73 triliun / 1,26 triliun = 11 kali lipat.