Setiap kali saya membaca laporan keuangan GOTO, bukan ruginya yang membuat saya terbagong-bagong, tetapi yang membagongkan saya adalah Ketika jumlah "penjualan" jauh lebih kecil dari pada "beban gaji".
Logika bisnis saya cuman dapat menyimpulkan, mungkin beban gajinya salah catat, atau total penjualannya kekecilan. Â Tapi karena laporan keuangan sudah di Audit, maka as per it is, itu adalah fakta.
Fakta yang sangat miris bahwa komponen beban paling besar pada GOTO bukanlah beban "bakar duit" yang selama ini selalu digembar-gemborkan. Â Tetapi yang paling membuat GOTO rugi hingga Rp. 22,43 triliun, adalah beban "bakar lemak" karyawan dan management. Â Sehingga saking banyaknya lemak yang dibakar, jumlahnya 193% lebih banyak daripada penjualannya.
Lihat table dibawah sebagai pembanding. Â Pada emiten "raksasa" yang saya contohkan ternyata komponen beban gaji sekitar 10% saja.
Bahkan $BUKA sesama perusahaan untung tetapi "rugi", masih berfikir untuk "membakar lemak" melebihi jumlah penjualan. Â Dimana total "beban bakar lemak" sebesar 39% dari penjualan.
Mungkin yang salah pada GOTO adalah penjualannya kekecilan, seharusnya GOTO cukup membakar lemak sebanyak-banyaknya 10% saja dari penjualan.  Jika demikian, maka penjualan yang harusnya dihasilkan oleh para "pembakar lemak", sekitar  = beban gaji / 10% =  8,73 triliun / 10% = Rp. 87,34 triliun.  Artinya para karyawan harus lebih giat lagi "membakar lemak" agar supaya mampu mencetak penjualan = 87,34 triliun / 4,53 triliun = 19,3 kali lipat lebih banyak, daripada jumlah penjualan yang berhasil diciptakan oleh para karyawan dan management pada saat ini.
Demikian cerita tentang bakar lemak, semoga sehat selalu.
sumber LK GOTO 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H