TOWR mengeluarkan uang kas-bersih sebesar Rp. 16,43 triliun untuk membeli ekuitas SUPR, yang nilai buku bersih-nya, setelah dipotong dengan kepemilikan saham non-pengendali, dan lain-lain (CLK 1 C) hanya sebesar Rp. 1,4 triliun. Dengan demikian TOWR membelanjakan uang sebesar = 16,43/1,4 = 11,69 kali lipat daripada nilai buku SUPR. Atas kelebihan pembayaran dibandingkan dengan nilai buku (11,69 kali lipat) menghasilkan asset ghoib bernama "#goodwill" sebesar Rp. 15 triliun.
Kalau kita bandingkan harga pasar saham SUPR pada saat ini, nilainya sebesar #PBVR = 20,58 X dari nilai buku, maka harga akuisisi SUPR oleh TOWR sebesar 11,69 X menjadi terlihat wajar. Tetapi dengan dikonsolidasikannya SUPR dengan TOWR, tentu saja maksud dari akuisisi ini bukan untuk jual-beli saham, melainkan untuk ekspansi bisnis. Oleh karena itu untuk mengukur kinerja akuisisi yang digunakan adalah kinerja operasional SUPR, bukan kinerja harga sahamnya.Â
Karena pada tahun 2021 SUPR mengalami rugi, maka agar supaya tidak diprotes orang banyak, saya akan menggunakan #CFO sebagai evaluasi kinerja. Rata-rata dalam 2 tahun terakhir SUPR menghasilkan surplus CFO sebesar Rp. 1,5 triliun, tetapi pada saat yang sama SUPR juga harus membayar bayar utang bank dan aktifitas financing lainnya (#CFF) sebesar Rp. 1,2 triliun. Dengan demikian kontribusi cash flows SUPR terhadap TOWR, hanya tersisa sekitar Rp. 300 miliar setahun.Â
Jika kontribusi tersebut dibandingkan dengan uang yang dikeluarkan untuk akuisisi sebesar Rp. 16,43 triliun, maka, kira-kira TOWR baru akan menikmati hasil akuisisi setelah = 16,43 triliun / 300 miliar = 55 tahun. Itupun belum termasuk, memfaktorkan beban bunga yang harus ditanggung TOWR, karena untuk akuisisi SUPR, TOWR harus menambah utang bank berbunga pada tahun 2021 sebesar Rp. 16,17 triliun. Diasumsikan bunga per tahun 10%, maka beban bunga sekitar Rp. 1,62 triliun. Dengan demikian #cash-inflows dari SUPR sebesar Rp. 300 miliar tidak akan pernah cukup, meskipun sekedar untuk membayar beban bunga utang akusisi SUPR. Artinya, investasi TOWR pada SUPR adalah investasi yang tidak pernah kembali modal. Alias investasi ikhlas beramal.Â
Dalam bahasa financial management, investasi yang yang ikhlas beramal, tidak mengharapkan uang kembali disebut; "sunk cost", alias uang untuk belanja investasi sudah dianggap tenggelam............ Oleh karena itu saya jadi ingat panggilan captain kapal, "mayday... mayday....... the ship is going to sink..."
Demikian semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H