Telkomsel adalah "salah banyak" dari para angel investor GOTO. Menurut LK TLKM per 30 Sep 2021, CLK 10, penyertaan modal TLKM melalui anak usaha TELKOMSEL, pada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (alias GOTO) sebanyak = USD 150 Juta + USD 300 Juta = USD 450 Juta. Â
Menurut prospektus GOTO pada laporan Keuangan CLK 20a, total saham baru GOTO yang telah diterbitkan kepada TLKM, untuk mengkonversi utang GOTO kepada TLKM sebanyak USD 450 Juta, menjadi saham baru GOTO sebanyak = 29.708 + 59.417 = 89.125 lembar saham. Â
Total jumlah lembar saham GOTO per 31 Jul 2021, sebelum stocksplit (menjadi nominal Rp. 1), sebanyak 3.215.782 lembar. Dengan demikian persentase kepemilikan TLKM pada GOTO hanya sebesar = 89.125 / 3.215.782 = 2,8%. Â
Jumlah saham GOTO setelah stock split (sebelum IPO) sebanyak 11,44 miliar lot. Maka saham GOTO yang dimiliki oleh TLKM sebelum IPO akan ter"stock-split" menjadi = 11,44 miliar lot X 2,8% = 317 juta lot. Â
Adapun untuk memperoleh saham sebanyak 317 juta lot tersebut, Telkomsel harus rela mengeluarkan uang sebesar Rp. USD 450 juta. Dengan asumsi kurs Rp. 14.500, maka nilai penyertaan modal setara dengan Rp. 6,53 triliun. Jika dibagi dengan jumlah lembar saham yang dimiliki, maka harga modal per lembar = 6,53 triliun / 317 juta lot = Rp. 206 per lembar. Â
Dengan demikian menurut TLKM pada bulan May 2021, Ketika utang TLKM dikonversi menjadi saham GOTO, harga wajar saham GOTO sebesar Rp. 206 per lembar. Â
Saat ini harga pasar saham GOTO masih Rp. 370 per lembar. Karena TLKM menggunakan FVTPL sebagai dasar pengakuan saham GOTO, maka dalam buku TLKM akan diakui nilai saham GOTO sebesar harga pasarnya, yaitu sebesar = 317 juta lot X Rp. 370 = Rp. 11,73 triliun. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan modal TLKM = Rp. 6,53 triliun, maka TLKM boleh mengakui keuntungan floating profit sebesar = 11,73 triliun -- 6,53 triliun = Rp. 5,2 triliun. Tetapi, floating profit tersebut baru boleh nongol pada laporan keuangan TLKM tahun 2022.
Konsekuensi penggunaan metode FVTPL, adalah, jika harga pasar saham GOTO turun ke $BUMI, misalnya menjadi 50, maka TLKM harus serta-merta juga mengakui RUGI / floating loss sebesar = (206-50) X 317 juta lot = Rp. 4,94 triliun. Rugi tersebut sekitar 25% dari total rata-rata annual net income. Kerugian sebesar tersebut tentu sangat berpengaruh kepada kinerja TLKM. Â
Dengan floating loss, sebesar tersebut, mungkin saja kinerja TLKM akan menjadi babak belur. Kalau TLKM yang besar saja bakal babak belur, apalah lagi anda para investor retjeh yang bereserakan dibursa. Â
Pihak yang paling Bahagia tentu saja para pendiri....., meskipun secara jumlah persentase kepemilikan minoritas, tapi secara hak kuasa, memiliki power luar binasa. Itu sebabnya saham GOTO diberikan kode peringatan type N yang artinya "Perusahaan tercatat merupakan Emiten yang menerapkan Saham Dengan Hak Suara Multipel".
Demikian semoga bermanfaat.