BACA hasilnye bank bijigatal bakal lolos dari jebakan modal minimum 2 triliun, yang disyaratkan oleh OJK.Jadi rencana right issue untuk tambah modal, seperti yang telah disampaiakan sebelumnya pada "keterbukaan informasi", mungkin bakalan dibatalkan. Sebab tau-tau sudah nongol aja "dana setoran modal" di bagian ekuitas sebesar Rp. 300 miliar, sehingga total ekuitasnya sekarang sudah terBACA lebih dari 2 triliun, mantaf kagak????
Bank bijigatal ini, telah menerbitkan laporan keuangan tahun 2021, setelah di-Karena disebut "dana setoran modal", alias pakai kata "dana" seharusnya setoran modalnya bukan inbreng, tetapi langsung dibayar tunai alias kas, mantap banget dah PSP. Sayangnya setelah dicheck di laporan arus kas masuk pada bagian "aktivitas pendanaan", jumlah "dana setoran modal" jumlah "nihil". Memang deh itu yang buat laporan keuangan terlalu jujur, nilainya nihil masih dilaporkan jugak.
Dari mane dong duitnye, au ah..... dari "alam ghoib" kali...., maka "alam ghoib" adalah modal".
Kalau modalnya berasal dari alam ghoib, sekarang "labanya" juga terBACA "ghoib", mungkin itu sebabnya pada kebingungan atas kenaikan kinerja laba bersih q4 tahun 2021, yang jumlahnya ribuan %.
Ternyata oleh bank bijigatal dari asset yang bermasalah pun bisa menjadi sumber cuanx. Asset tersebut adalah asset tanah yang diambil alih oleh bank bijigatal pada tahun 2020. Nilainya pada akhir tahun 2020 sebesar Rp. 2,3 triliun, berkat penilaian oleh KJPP "xxxx" (yang tidak berani diungkap nama KJPP-nya oleh bank bijigatal), sehingga pada akhir tahun 2021, nilai asset tanah bermasalah tersebut naik menjadi 3,1 triliun. Lumayan dah ada kenaikan nilai sekitar Rp. 800 miliar, yang kemudian atas kenaikan nilai asset sebesar Rp. 800 miliar tersebut diakui sebagai pendapatan lain-lain dong.
Jadi seperti diungkap dalam CLK 13, bahwa "Manajemen akan berusaha sebaik mungkin untuk melakukan penyelesaian atas aset ini dalam waktu dekat". Mari doakan urusan asset bermasalah kelar, jadi cuan 800 miliar adalah sah.
Asset kreditnya “LANCAR” sekali, katanya…..
Bank bijigatal ini juga melaporkan tentang kualitas nasabah peminjamnya. Mereka adalah para debitur yang rajin bayar utang, itu sebabnya NPL tahun 2021-nya rendah sekali cuman “NIHIL” alias tertagih semua.
Pada tahun 2021, terBACA pada laporan arus kas operasional, bahwa para debitur, sebagian besar telah membayar kembali pinjamanya sebanyak Rp. 1,85 triliun. Sehingga menyebabkan total kredit yang disalurkan turun; jika pada akhir tahun 2020 saldonya sebesar Rp. 6,4 triliun, setelah dibayar, pada tahun akhir 2021 turun menjadi Rp. 2,3 triliun. Jadi secara matematis, utang yang dibayar oleh para nasabah-peminjam (debitur) sebesar = 6,4 triliun – 2,3 = Rp. 4,08 triliun. Loh kok gede amat turunnya, padahal duit kas masuk dari para debitur menurut laporan arus kas cuman Rp. 1,85 triliun?!??!?
Terjadi perbedaan penerimaan antara matematis Rp. 4,08 triliun dengan penerimaan kas aktual sebesar Rp. 1,85 triliun? Apakah ada pengahapusan utang kredit para nasabah? Loh katanya NPL = nihil. Ada-ada saja abang kita yang bijigatal satu ini.
Jangan2 asset kredit macetnya di-inbreng dengan dana setoran modal yang ghoib, Rp. 300 miliar, yang saya ceritakan pada awal tulisan....