Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Terapi Insomnia pada Praktik: Sudah Tepatkah?

16 Maret 2016   07:55 Diperbarui: 16 Maret 2016   12:38 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar: huffingtonpost.ca"][/caption]Saya baru saja pulang dari Taipei, Taiwan mengikuti acara Asian Sleep Medicine Society meeting yang baru pertama kali ini diadakan di tingkat Asia. Selama ini ternyata acara yang berkaitan dengan Sleep Medicine Society lebih banyak diadakan pada level internasional, dan terakhir kemarin sebagai pemanasan diselenggarakan di Singapura. Pada kesempatan ini, seperti pada kesempatan sebelumnya, bila saya berkesempatan mengikuti kongres di luar negeri, maka saya membawa serta hasil survei atau penelitian kecil yang berisi tentang informasi terkait praktik saya sebagai dokter jiwa. Kali ini, hasil survei saya ditampilkan dalam bentuk poster.

Insomnia pada Praktik Umum

Acara kongres tidur ini memang beragam topiknya. Berbagai disiplin ilmu juga ikut menghadiri acara ini. Ada psikiater, dokter saraf, psikolog klinis, dokter rehabilitasi medis, dokter anak, dokter THT dan para dokter bidang lainnya yang berminat. Bahasannya pun bukan melulu tentang gangguan tidur seperti insomnia, tetapi lebih pada bagaimana kondisi tidur seseorang diteliti dan dipaparkan penelitiannya tersebut dalam berbagai aspek keilmuan. Ada bahasan tentang jam tidur anak dan remaja yang baik, ada tentang sleep apnea, obstructive sleep apnea (yang mungkin secara klinis keluhannya adalah mendengkur), tidur, dan gangguan medis dan banyak topik terkait tidur lainnya.  

Saya sendiri sebagai psikiater mungkin lebih meminati aspek tidur ditinjau dari sisi psikiatrik walaupun tidak menutup informasi terkait gangguan tidur dari bidang lain. Psikiater sendiri pada prakteknya lebih banyak menganggap gangguan tidur pada pasiennya adalah gejala yang berkaitan dengan gangguan jiwanya. Misalnya orang yang mengalami skizofrenia tidak bisa tidur karena suara halusinasinya, pasien gangguan cemas tidak bisa tidur karena kecemasan menjelang tidur, pasien depresi tidak bisa tidur baik karena depresinya. Sedangkan insomnia ataupun kesulitan tidur sendiri di bidang psikiatri secara diagnosis dianggap sebagai diagnosis Insomnia Primer di mana tidak terdapat hal yang berkaitan dengan gangguan jiwa lainnya dan terapinya merupakan kompetensi dokter umum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Walaupun pada kenyataan praktiknya sering ditemukan kasus insomnia, itu lebih terkait dengan masalah kejiwaan, dokter umum atau spesialis lain juga perlu memahami adanya latar belakang masalah terkait insomnia yang bukan hanya terkait gangguan jiwa. 

Hasil survei saya sendiri kepada 83 dokter umum yang dilakukan November 2015. Survei tersebut mengatakan bahwa dokter umum pada jam praktiknya sehari-hari banyak mengalami kasus terkait insomnia. Lebih dari 65% dokter mengatakan setiap minggunya mereka menghadapi kasus insomnia antara 1-3 kasus. Dua puluh dua persen lebih lainnya mengatakan 3-4 kasus per minggu. Kebanyakan dokter umum (38.9%) mengatakan kasus insomnia banyak terjadi pada usia 26-30 tahun, disusul usia 41-50 tahun dan 31-40 tahun. Kalau kita melihat ini adalah usia yang masih sangat produktif sekali dalam bekerja. Jika kondisi insomnia terjadi pada kondisi produktif ini tidak mengherankan akan menurunkan kualitas dan produktivitas hidup pasien yang mengalaminya. 

Ketika para dokter ditanya mengenai kira-kira pemicu terjadinya insomnia pada pasien mereka, 71.6% mengatakan bahwa problem psikologis merupakan pemicunya, disusul dengan kondisi medis fisik pasien dan adanya gangguan jiwa. Problem psikologis di sini lebih diartikan adanya suatu gangguan suasana perasaan dan pikiran yang masih belum dianggap gangguan jiwa. Masalah pengobatan merupakan hal yang menarik dilihat. Hasilnya 48.8% dokter umum menggunakan alprazolam untuk mengatasi keluhan insomnia pasiennya. Obat tidur yang direkomendasikan awal untuk mengatasi tidur seperti zolpidem dan estazolam sendiri hanya dipilih oleh 4.8% dokter. Obat kedua terbanyak yang dipilih oleh dokter (38.9%) adalah diazepam. Ketika para dokter ini ditanyakan tentang alternatif terapi yang biasanya disarankan pada pasien mereka, paling banyak menjawab bahwa aromaterapi dan musik adalah terapi yang membantu pasien untuk relaks. 

Terapi Insomnia yang Menyeluruh 

Terapi insomnia sebenarnya tidak harus selalu tergantung pada obat. Dokter sering lupa untuk menyarakan kesehatan tidur kepada pasiennya. Pasien juga sering tidak menyadari bahwa selama ini yang bermasalah adalah pola tidur mereka yang sudah terbentuk sejak lama bahkan sejak remaja. Ada pasien yang membiasakan tidur di dini hari selepas jam 12 dan ini menjadi kebiasaan yang membuatnya sulit tidur. Belum lagi jaman modern sekarang ini yang sangat tergantung dengan gadget dan hal yang mengganggu tidur lainnya. Perlu diperhatikan bahwa pengobatan insomnia harus didasarkan pada pengetahuan tentang irama sirkadian tubuh juga agar semua bisa teratasi. 

Sering dokter memberikan obat yang kurang tepat untuk mengatasi tidur. Penggunaan obat yang sesuai dengan evidence based medicine akan sangat diharapkan daripada sekedar keilmuan atau pengetahuan yang didapatkan turun temurun. Ke depan harapan kita agar semua dokter mempunyai pengetahuan yang handal akan terapi insomnia. Tidur itu sangat penting dan mempengaruhi kejiwaan dan fisik kita. Jangan sepelekan tidur. 

Salam Sehat Jiwa.

dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera, Tangerang)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun