[caption id="attachment_156956" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] [caption id="attachment_149417" align="alignleft" width="300" caption="Saat memberikan presentasi (17 Des 2011,dok.pribadi)"][/caption]
Oleh : Dr.Andri,SpKJ
Pagi ini (17 Desember 2011) bertempat di Auditorium Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta saya menjadi pembicara dalam seminar yang bertema “Peran tenaga Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesehatan Reproduksi dan Peningkatana Kecerdasan Balita” yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan “AISIYAH BUSTANUL ATHFAL”. Acara ini dketuai oleh Ibu Hj Nanda Handayani.,S,SiT,M.Kes. Acara yang diikuti oleh 1150 orang peserta ini memang ditujukan oleh para mahasiswa bidan dan bidan yang merupakan praktisi kesehatan reproduksi dan anak di tingkat pelayanan primer.
Dalam kesempatan ini saya berbicara tentang “Tangisan Bayi dan Kesehatan Jiwanya”. Menangis bagi bayi adalah suatu hal yang normal. Bayi menangis karena lapar, haus, popoknya kotor, ingin bersendawa, ingin dipeluk dan sakit. Tapi apakah kita tahu bahwa menangis terutama yang berlebihan bisa menjadi tanda kemungkinan terjadinya gangguan jiwa pada anak di kemudian hari?
Jika bayi menangis terus sepanjang hari dan hampir membuat orang tuanya tidak bisa bergerak sama sekali bisa menandakan suatu kondisi gangguan kesehatan jiwa pada masa kehidupan selanjutnya. Bayi yang tidak bisa ditenangkan nangisnya dan tampak berlebihan biasanya berhubungan dengan ketidakmampuan dirinya mengontrol dirinya sendiri. Ada beberapa penelitian yang mengatakan pada beberapa anak yang mengalami hiperaktif dan gangguan pemusatan perhatian ketika ditilik ke belakang adalah anak-anak yang saat bayinya termasuk golongan anak yang menangis berlebihan.
Beberapa gangguan kesehatan jiwa anak yang berhubungan dengan perilaku menangis berlebihan adalah depresi, kecemasan, gangguan perilaku menentang, perilaku agresif dan gangguan perilaku.
Sebagai orang tua kita perlu menyadari bahwa setiap anak adalah unik. Pengalaman sebagai orang tua memang sering membantu jika mempunyai anak kembali, tetapi jangan samakan anak yang satu dengan yang lain. Jika anak kita yang pertama tampaknya baik-baik saja, jangan kaget jika anak kedua mengalami sedikit masalah dalam menenangkannya. Perasaan percaya diri dan kesabaran yang membuat setiap orang tua menjadi orang tua yang lebih baik untuk anaknya.
Seringkali orang tua menjadi frustasi menghadapi anak yang sangat rewel. Orang tua terutama ibu menjadi kebingungan mau bagaimana lagi menghadapi anak seperti ini. Tentunya diharapkan orang tua tetap tenang dan berusaha mencari tahu penyebab ketidaknyamanan yang membuat anaknya rewel. Rasa frustasi bisa menghambat kreatifitas ibu mencari ide untuk menenangkan bayinya.
[caption id="attachment_149423" align="alignright" width="300" caption="Peserta seminar bidan sedang mengajukan pertanyaan (dok.pribadi)"][/caption] Terakhir pengetahuan calon ibu memang perlu ditingkatkan. Mengetahui masalah-masalah yang terkait dengan bayi dan anak-anak akan membuat orang tua lebih siap dalam menghadapi permasalahan anaknya kelak. Belajar sebelum menjadi ibu mungkin sangat disarankan agar ketika menjadi ibu yang sebenarnya telah siap lahir dan batin.
Ingat bahwa bayi pada masa awal tahun pertama kehidupannya sangat bergantung kepada orang tua dalam hal ini ibunya. Kesiapan kita menjadi ibu akan membantu anak menjadi pribadi yang lebih baik di masa yang akan datang. Salam Sehat Jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H