Oleh: dr. Andri,SpKJ,FAPM
(Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera)
Setahun belakangan ini sejak beberapa tulisan saya yang berkaitan tentang gangguan lambung saya terbit di Kompasiana, saya mulai sering didatangi pasien yang mengalami masalah lambung yang lama (kronis).
Beberapa di antaranya adalah rujukan dari dokter penyakit dalam ahli gastroenterologi yang memahami adanya masalah berkaitan dengan gangguan psikiatrik pada pasien-pasien gangguan lambung.
Sebelum lebih jauh maka ada baiknya saya mengawali tulisan ini dengan membedakan masalah lambung yang organik dengan yang fungsional terlebih dahulu.
Gangguan lambung organik dan fungsional
Gangguan lambung bisa dibagi secara sederhana menjadi gangguan lambung organik dan gangguan lambung fungsional. Gangguan lambung dikatakan organik jika ditemukan adanya masalah lambung yang dikaitkan dengan adanya kerusakan organik anatomis pada pasien yang mengalami masalah lambung tersebut.
Paling terkenal dalam kategori di sini adalah Peptic Ulcer atau Ulkus Lambung. Ulkus atau luka di lambung ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan jika keluhan lambung yang membawa pasien ke dokter tidak hilang dalam dua minggu dengan pengobatan standar empiris yang biasanya diberikan berdasarkan gejala. Peradangan pada lambung atau gastritis juga sering dikaitkan dengan masalah lambung pada pasien.
Belakangan keluhan panas di dada (heart burn) dikaitkan dengan adanya gangguan refluks di lambung sampai ke kerongkongan atau dikenal dengan istilah Gastro-Esophageal Reflux Disorder (GERD). Masalah ini tentunya merupakan kompetensi seorang ahli gastroenterologis.
Kenyataannya dalam praktek dan dari berbagai penelitian yang telah dilakukan. Gangguan lambung yang paling banyak adalah gangguan lambung fungsional.