Stres merupakan salah satu pemicu utama munculnya berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Namun, tidak semua orang merespons stres dengan cara yang sama. Beberapa individu mampu tetap teguh dan berdaya lenting meskipun menghadapi tantangan yang berat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Apa yang membuat mereka berbeda?
Apa Itu Daya Lenting?
Daya lenting, atau resilience, adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi stres dan bangkit kembali setelah menghadapi kesulitan. Daya lenting ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor individu, tetapi juga oleh interaksi kompleks antara faktor neurobiologis, psikologis, dan lingkungan.
Faktor yang Mempengaruhi Daya Lenting
Faktor Neurobiologis: Penelitian menunjukkan bahwa struktur dan fungsi otak dapat berperan dalam daya lenting. Misalnya, kemampuan otak untuk beradaptasi dan berubah (neural plasticity) dapat membantu individu mengatasi peristiwa buruk.
Faktor Psikologis: Sikap dan pola pikir seseorang juga sangat penting. Mereka yang memiliki pandangan positif dan kemampuan untuk mencari makna dalam pengalaman sulit cenderung lebih resilient.
Faktor Lingkungan: Lingkungan sosial dan dukungan dari orang-orang terdekat, seperti keluarga dan teman, dapat memperkuat daya lenting. Lingkungan yang mendukung dapat memberikan rasa aman dan meningkatkan kepercayaan diri.
Penelitian Terkini
Pada simposium terbaru di European College of Neuropsychopharmacologicum (ECNP) yang bertempat di Milan 21-24 September 2024 kemarin membahas berbagai penelitian yang mengungkap mekanisme molekuler yang mendasari daya lenting. Beberapa aspek penting yang dikemukakan antara lain:
Genetik dan Epigenetik: Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam mengembangkan daya lenting. Namun, lebih menarik lagi adalah bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi ekspresi gen melalui mekanisme epigenetik. Misalnya, pengalaman awal dalam hidup, seperti interaksi sosial dan stres, dapat mengubah cara gen tertentu diekspresikan, yang pada gilirannya mempengaruhi kemampuan individu untuk menghadapi stres di masa depan.
Neural Plasticity: Para peneliti juga menyoroti pentingnya plastisitas otak dalam membangun daya lenting. Ketika seseorang menghadapi stres, otak dapat membentuk jalur baru atau memperkuat jalur yang sudah ada, sehingga meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatasi tantangan di masa depan. Penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi yang merangsang plasticity otak, seperti latihan mental atau terapi, dapat meningkatkan daya lenting.