Selama ini kita mungkin lebih mengenal depresi sebagai gejala psikologis. Perasaan sedih yang berkepanjangan, rasa putus asa, dan rasa malas yang tidak berkesudahan mungkin akan diingat awam sebagai gejala yang dominan pada depresi.Â
Salah satu masalah yang sering dilupakan adalah bahwa gangguan depresi juga bisa bergejala fisik. Keluhan nyeri, masalah lambung dan sulit tidur adalah gejala yang paling dominan dialami pada beberapa pasien gangguan depresi.
Saat saya menulis artikel ini, saya sedang berada di Medan dalam rangka menghadiri dan menjadi pembicara di The 4th Anxiety Grand Rounds: Seksi Ansietas PP PDSKJI yang berbarengan diselenggarakan dengan Pertemuan Ilmiah Tahunan VIII PDSKJI cabang SUMUT.
Apa Itu Gangguan Fisik pada Depresi
Gangguan fisik pada depresi dikenal dalam dunia medis dengan istilah gejala somatik fungsional (functional somatic symptoms) yang mengacu pada gejala fisik yang tidak sepenuhnya dijelaskan oleh adanya kelainan organ/patologi organik atau kondisi medis yang mendasarinya.Â
Gejala-gejala ini dapat menyusahkan dan melemahkan kondisi seseorang, sehingga memengaruhi fungsi dan kualitas hidup sehari-hari seseorang. Dalam praktik sehari-hari kondisi gejala fisik ini bisa terjadi pada pasien gangguan depresi, gangguan cemas dan gangguan gejala somatik.
Prevalensi gangguan fisik pada depresi berkisar antara 12-48% dari berbagai penelitian di Asia. Penelitian tersebut dilakukan di Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan India. Pasien yang mengalami gejala fisik pada depresi di dalam praktik sehari-hari cukup besar.Â
Pengalaman klinis saya menemukan hampir lebih dari 70% pasien depresi mengeluh juga keluhan fisik seperti insomnia atau gangguan lambung. Pada kasus orang lanjut usia di atas 65 tahun, keluhan nyeri lebih dominan. Hal ini sebenarnya juga sering diungkapkan dari beberapa penelitian sebelumnya.
Penyakit fisik medis sendiri mempunyai peran dalam timbulnya gejala depresi yang dominan. Pada pasien dengan penyakit fisik seperti kencing manis (diabetes), penyakit jantung, pasca stroke, serta gangguan tiroid adalah penyakit fisik yang paling sering berhubungan dengan timbulnya depresi pada pasien yang mengindapnya. Kalau kita perhatikan penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit yang kronis atau berkepanjangan.Â
Namun demikian banyak juga kasus-kasus gejala fisik yang tidak didasari oleh adanya suatu penyakit medis namun oleh gangguan jiwa seperti depresi. Kondisi ini sayangnya tidak terlalu dikenali oleh pasien sedangkan dokter sendiri sangat berhati-hati mengatakan masalah ini terkait dengan gangguan jiwa jika pasiennya mengeluh keluhan fisik.Â
Terapi yang Bisa Disarankan untuk Pengobatan FSS
Pasien depresi dengan keluhan fisik sering juga membuat dokter perlu bekerja sama dengan berbagai spesialis dan bahkan psikolog. Kondisi yang saling berkaitan antara psikologis dan medis fisik membutuhkan terapi yang bersifat menyeluruh.Â
Pengobatan dengan antidepresan SSRI dan SNRI bisa membantu gejala depresi dan mengurangi keluhan nyeri serta hipersensitivitas yang biasanya menyertai masalah depresi.Â
Terapi kognitif juga bisa mengenali pola pikir yang salah dan negatif yang bisa menjadi pemicu terhadap munculnya gejala.Â
Terapi lain seperti penerimaan juga bisa membantu pasien menerima perasaan yang sulit dan berupaya untuk mengatasinya. Cara lain seperti yoga, meditasi, olahraga, dan rehabilitasi medik juga bisa membantu untuk meredakan gejala fisik terkait depresi.Â
Hubungan gejala fisik dan depresi memang sangat kompleks. Untuk itu dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Dokter harus memahami pendekatan psikosomatik medis agar bisa melihat penyakit ini secara lebih dalam dan bisa memberikan terapi yang menyeluruh.Â
Semoga artikel ini bermanfaat untuk mengenali gejala fisik pada depresi.Â
Salam Sehat Jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H