Tahun 2023 ini saya telah melakukan praktek kedokteran jiwa (psikiatri) selama 15 tahun. Banyak hal yang sudah saya alami di praktek sehari-hari berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa.Â
Pandemi Covid-19 yang dimulai di Indonesia sejak Februari akhir 2020 memberikan dampak yang luar biasa kepada kesehatan jiwa masyarakat Indonesia.Â
Pada praktek sehari-hari saya ingat sekali waktu PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) mulai diberlakukan di sekitar April-Juli 2020, pasien saya mengalami penurunan drastis (sekitar 50%) karena orang tidak mau ke rumah sakit. Saya sendiri masih tetap datang ke rumah sakit dan melakukan telemedisin via video call dengan pasien-pasien lama saya.Â
Saat itu per hari pasien hanya sekitar 10. Lalu keadaan membaik di sekitar Desember 2020 dan kita mulai bersemangat sejak Januari-Februari 2021, para tenaga kesehatan mendapatkan vaksinasi Sinovac pertamanya. Sayangnya varian Delta mengamuk di Juni-Juli 2021 membuat banyak orang mengalami peristiwa menyedihkan dan traumatik di masa itu.Â
Banyak orang terdekat kita meninggal dunia. Banyak juga berita-berita menakutkan setiap harinya membuat banyak orang ketakutan luar biasa saat itu. Saya sendiri melihat banyaknya antrian pasien di IGD RS tempat saya bekerja untuk mendapatkan perawatan inap.Â
Antrian saat itu sampai 100an pasien yang membuat banyak pasien akhirnya tidak mendapatkan perawatan inap walaupun mungkin sebagian di antaranya memang tidak perlu dirawat inap.Â
Dampak kondisi ini terhadap pasien bukan hanya secara medis. Kejiwaan banyak orang mulai terganggu. Banyak pasien saat itu datang ke poliklinik jiwa tempat saya bekerja karena kesulitan tidur.Â
Pasien lama yang sudah tidak pernah berobat bertahun-tahun pun datang lagi karena kecemasannya kambuh. Pasien yang setelah sembuh dari Covid pun menyisakan kesulitan tidur dan kecemasan yang membuatnya tidak bisa bekerja dan beraktifitas seperti biasa.Â
Kenaikan jumlah kunjungan pasien di poliklinik dan telemedisine saat itu membuat saya terpaksa menolak beberapa pasien setiap harinya karena sudah melebihi kuota 20 per hari yang saya tetapkan. Penepatan pembatasan pasien sebenarnya juga untuk kepentingan saya sendiri karena kondisi kesehatan jiwa dan raga saya pun perlu dijaga untuk tetap bisa melayani saat itu.Â
Syukurlah memasuki November 2021 kondisi mulai terkendali dan kita bisa menyambut tahun baru 2022 dengan kondisi yang sudah lebih terkendali.Â
Saat itu sebagian dari kita juga sudah mendapatkan booster pertamanya. Aktifitas masyarakat di tahun 2022 sudah mulai membaik sampai akhirnya kita bisa melaksanakan pulang kampung tanpa pembatasan yang terlalu ketat di akhir April 2022. Saya pun waktu itu memutuskan perjalanan darat ke Bali dari Tangerang.Â
Saya melihat kondisi di daerah beberapa masih cukup sepi. Bali pun saat itu masih belum beraktifitas seperti biasa. Tamu hotel mungkin sudah mulai banyak dan orang-orang asing sudah tidak menggunakan masker saat itu.Â
Gangguan Jiwa Menetap pasca Pandemi Terkendali
Namun demikian di dalam praktek saya masih menemukan sisa-sisa dari peristiwa traumatik meningkatnya kasus varian Delta Covid di 2021.Â
Banyak pasien gangguan cemas "baru" yang dipicu oleh kondisi stres berlebihan yang tidak bisa ditoleransi pasien saat varian delta meledak.Â
Sayangnya kondisi ini menetap bahkan setelah kondisi pandemi cukup terkendali sampai pak Presiden Jokowi memutuskan untuk menghentikan PPKM.Â
Sampai saat ini banyak pasien yang mengalami gangguan cemas yang belum terkendali akibat peristiwa di Juni-Agustus 2021 tersebut. Beberapa di antaranya kebanyakan pasien usia 50an sampai dengan 60an yang sangat terganggu aktifitasnya dan tidak bisa ke mana-mana saat itu berbulan-bulan.Â
Kondisi traumatik ini menimbulkan bekas yang sampai saat ini masih sulit diadaptasi sehingga akhirnya mengganggu tidur dan kehidupan sehari-hari karena rasa cemas yang entah dari mana datangnya.Â
Pengobatan pasien seperti ini sebenarnya tidak berbeda dengan kondisi gangguan cemas pada umumnya. Pengobatan dengan obat antidepresan, obat cemas dan juga psikoterapi suportif biasanya membawa hasil perbaikan yang signifikan pada pasien seperti ini.Â
Beberapa di antaranya bisa menurunkan bahkan melepaskan obat setelah terkendali selama 3 bulan pemakaian obat. Sedangkan sebagian lainnya masih memerlukan pengobatan sampai saat tulisan ini dibuat.Â
Semoga pembaca sekalian bukan termasuk orang-orang yang mengalami masalah kesehatan jiwa akibat kondisi pandemi ini. Semoga kita semua masih bisa beradaptasi dengan kondisi ini dengan mantra IKHLAS, SABAR,dan SADAR. Semoga kita semua sehat.
Salam Sehat Jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H