Depresi saat ini bukanlah menjadi sesuatu yang jarang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun gejala depresi sudah lama dialami oleh manusia di bumi ini, dikenal dengan istilah melankolia di masa lampau, banyak orang belum memahami.Â
Banyak orang yang masih belum menyadari ketika dia mengalami gejala depresi harus ke mana mereka mencari pertolongan. Hal ini disebabkan karena gejala kejiwaan memang kurang menjadi perhatian dalam ranah medis sejak dulu. Depresi masih dianggap "penyakit di luar  medis".Â
Masyarakat masih menganggap kondisi kejiwaan juga lebih dominan dikaitkan dengan ketidakmampuan bersyukur dan kurangnya iman. Hal ini membuat pasien yang mengalami gejala depresi malah enggan berobat ke dokter jiwa karena merasa ini bukan suatu kondisi medis. Padahal gangguan depresi adalah gangguan medis.Â
Saat saya awal memulai karier sebagai dokter jiwa tahun 2008, tujuan pengobatan depresi saat itu masih berfokus di perbaikan gejala saja. Gejala depresi yang dominan membuat pasien datang ke klinik dokter jiwa adalah mood yang sedih, rasa putus asa dan kehilangan minat serta tidak mampu lagi bekerja seperti yang biasanya.Â
Perbaikan gejala ketika dalam proses pengobatan biasanya diharapkan dalam waktu segera dan biasanya 2 minggu setelah pengobatan bisa tercapai.Â
Sering kali kondisi ideal ini tidak terjadi dan banyak hal yang terjadi dalam proses pengobatan malah tidak tercapai dalam waktu yang biasanya didapatkan dalam penelitian-penelitian pendukung. Tidak mudah ternyata dalam proses pengobatan ini karena banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya depresi ini.Â
Perbaikan Fungsi
Saat di awal 2009 saat pasien saya mulai lebih banyak daripada di awal karier, saya melihat adanya perubahan dalam tujuan perbaikan dalam pengobatan depresi. Seperti dikatakan di atas pasien depresi tujuan pengobatannya adalah menghilangkan gejala saja.Â
Dokter jiwa cukup merasa puas ketika melihat gejala pasien berkurang sampai 80%. Gejala depresi yang signifikan seperti mood yang sedih, rasa putus asa dan tidak bisa menikmati kehidupan adalah salah satu tujuan pengobatan. Hilangnya gejala depresi tersebut sampai 80% disebut sebagai salah satu tujuan terapi dengan obat yang selama ini.Â
Namun dalam perkembangan jaman, apalagi sejak WHO sejak 2015 memperbarui definisi kesehatan jiwa dengan menambahkan kemampuan untuk produktif dan berkontribusi dalam lingkungannya, bukan sekedar kemampuan untuk beradapatasi dengan lingkungannya.Â