Saya menghadapi pasien dengan gangguan cemas setiap hari. Hampir 80% kasus pasien yang saya tangani setiap harinya (rata-rata 20 pasien per hari) adalah pasien dengan gangguan cemas yang bergejala psikosomatik.Â
Mereka datang biasanya dengan keluhan lambung, nyeri otot, jantung berdebar-debar atau pernah mengalami beberapa kali serangan panik.Â
Serangan panik sendiri merupakan serangan cemas yang akut (tiba-tiba) yang menyebabkan terjadinya peningkatan kerja dari sistem saraf otonom sehingga membuat orang yang mengalami serangan panik akan merasakan jantungnya berdebar-debar, rasa seperti tercekik atau sensasi kehabisan oksigen, kesemutan dan banyak gejala fisik lainnya.Â
Pada orang yang mengalami cemas ini biasanya mereka akan mengalami sensasi perasaan takut mati atau kehilangan kontrol/takut menjadi "gila".
Sejak pandemi tahun lalu dimulai kasus yang datang berobat ke saya banyak yang dipicu oleh kondisi pandemi. Salah satu hal yang menarik adalah bahwa biasanya hal ini diungkapkan kebanyakan oleh orang yang berusia di atas 40 tahun.Â
Apalagi jika di atas 50 tahun, biasanya pasien mengeluh sulit tidur dan kecemasan yang berlebihan terhadap kondisi pandemi yang tidak menentu ini.Â
Beberapa dari mereka pada akhirnya harus makan obat untuk mengatasi gangguan cemasnya yang tidak kunjung mereda.
Berita Buruk Pemicu Stres
Banyak dari pasien mengatakan berita buruk yang tidak kunjung berhenti terkait pandemi cukup banyak mempengaruhi mereka.Â
Saat lonjakan kasus Juli 2021, saat banyak rumah sakit penuh dan antri untuk pasien Covid-19 serta kematian yang dialami banyak orang, inilah pemicu kecemasan yang sangat dirasakan banyak orang.