Sepuluh tahun sudah saya menjalani praktek sebagai psikiater. Sejak tahun 2008 saya menjalani profesi ini. Awalnya saya menerima segala macam jenis pasien, anak, dewasa dan orang tua.Â
Namun sejak 2010 sepulang dari mengikuti pelatihan di American Psychosomatic Society saya kemudian memutuskan untuk lebih banyak fokus pada pasien-pasien yang mengalami psikosomatik.Â
Psikosomatik sendiri adalah istilah untuk merujuk pada kondisi gangguan fisik yang terkait dengan masalah psikologis. Sejak lama sebenarnya masalah psikosomatik ini dikenal.Â
American Psychosomatic Society sendiri berdiri di tahun 1934 dan sejak saat itu penelitian di bidang psikosomatik terus dikembangkan. Jaman sebelum bidang neurosains berkembang seperti sekarang, dokter masih sulit menjelaskan tentang bagaimana seseorang bisa mengalami psikosomatik.Â
Pasien biasanya kebingungan mengapa dirinya mengalami berbagai macam gejala fisik namun pemeriksaan medis tidak menemukan adanya masalah berarti pada organ yang mengalami gejala fisik tersebut.Â
Jauh sebelum neurosains bisa menjawab permasalahan yang terjadi pada pasien psikosomatik, kita hanya mengira bahwa kondisi psikosomatik disebabkan oleh stres.Â
Namun bagaimana stres tersebut dan apa jenis stres yang menyebabkan psikosomatik masih tanda tanya, sampai akhirnya saat ini begitu banyak penjelasan terkait bagaimana stres bisa mempengaruhi terjadinya psikosomatik.Â
Masalah psikosomatik terjadi lebih sering dikaitkan dengan masalah ketidakseimbangan sistem saraf otonom yaitu saraf parasimpatis dan simpatis. Stres yang menyebabkan gangguan psikosomatik yang berlangsung lama biasanya stres yang bersifat kronis atau menahun.Â
Kondisi stres yang akut atau yang tiba-tiba biasanya menimbulkan gejala psikosomatik sesaat. Contohnya saat kita menghadapi ujian atau wawancara kerja, sebagian dari kita mungkin merasa ingin buang air terus menerus atau menjadi keluar keringat dingin.Â
Aktifitas berlebihan saraf otonom inilah yang menyebabkan gejala fisik terjadi walaupun tidak sampai membuat kerusakan organ.Â
Itulah mengapa pada pemeriksaan fisik hanya tergambar gejala pasien saja misalnya jantung berdebar tetapi jika dicek dengan EKG misalnya tidak ada masalah di jantungnya selain jantungnya berdebar-debar itu.Â