Saya menuliskan tulisan ini saat masih berada di Seoul, Korea Selatan dalam rangka mengikuti kongres Asian College of Psychosomatic Medicine (ACPM) ke-18 yang berlangsung dari 24-26 Agustus 2018 yang kali ini mengambil tema "Beginning of New Life in 4th Industrial Revolution". Tema ini sengaja dipilih karena saat ini kita sedang berada di era digital dengan kecanggihan teknologi internet dan kepintaran buatan.Â
Sembilan tahun berselang sejak pertama kali menggunakan media sosial untuk mengedukasi masyarakat terkait masalah kejiwaan khususnya psikosomatik, pada tahun ini bertepatan dengan 10 tahun pengabdian di bidang kesehatan jiwa, saya mempresentasikan makalah saya di kongres Asian College of Psychosomatic Medicine yang ke-18.Â
Perkembangan Pengguna Internet di Asia Tenggara
Laporan dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengatakan bahwa penetrasi internet di Indonesia berada di 143,26 juta jiwa pada 2017, sekitar 54,68% dari total populasi Indonesia yang 262 juta jiwa. Pertumbuhan pengguna internet sendiri di Indonesia cukup pesat, dari sekitar 20 juta pengguna pada tahun 2007 menjadi 143,26 juta pada 2017.Â
Hasil survey 2016 menyatakan bahwa pengguna media sosial paling besar adalah pengguna Facebook yaitu sekitar 71,6% (71,6 juta jiwa) disusul Instagram 19,9% (15 Juta jiwa) dan YouTube 11%(14,5 Juta jiwa). Data juga menyebutkan bahwa perilaku internet di Indonesia menggunakan internet untuk mengakses media sosial (97,4% atau 129,2 juta jiwa) selain berita dan hiburan. Konten yang dicari oleh pengguna internet di Indonesia ternyata 93,8% (124,4 juta jiwa) terkait dengan pendidikan.Â
Dokter dan Media Sosial
Dokter selama ini dikenal dengan menggunakan cara-cara konvensional lewat penyuluhan langsung dan media televisi serta radio untuk menyebarkan informasi kesehatan. Namun dengan berkembangnya internet khususnya media sosial, maka menurut Panahi dan Watson di Health Informatics Journal bulan Juni 2016 mengatakan dokter dapat memanfaatkan media sosial salah satunya untuk membagi pengetahuan kepada masyarakat.Â
Saya sendiri memulai edukasi di internet sejak tahun 2009 dimulai dengan memposting video berdurasi 6-7 menit di YouTube channel "Andri Psikosomatik" dan di Twitter dengan akun @mbahndi. Baru pada sekitar 2016, akun FB "Dokter Andri Psikiater" yang awalnya hanya bersifat untuk pribadi, digunakan juga untuk menyebarkan informasi lewat status dan juga akhirnya live FB setahun belakangan ini.Â
Survey yang saya lakukan di tahun 2015 terkait hal edukasi psikosomatik di media sosial mengatakan bahwa pemirsa media sosial saya paling banyak berada pada kisaran usia 21 tahun sampai 35 tahun (lebih dari 65%). Lebih dari 95,34% membuka media sosial setiap hari dengan media sosial Facebook, YouTube dan Twitter yang paling banyak diakes. Keminatan mereka terhadap situs kesehatan cukup baik, lebih dari 40% membuka situs kesehatan setiap hari selebihnya 20,31% membuka 3 kali seminggu.Â
Responden ini cukup memahami apa istilah psikosomatik yaitu lebih dari 80 persen memilih kondisi medis yang berhubungan dengan pikiran dan badan seseorang. Saya cukup senang mengetahui bahwa lebih dari 61% responden mengakses Twitter @mbahndi untuk mendapatkan informasi terkait masalah kejiwaan dan psikosomatik serta 35,86% di antaranya mengakses YouTube channel Andri Psikosomatik. Saat ini Twitter saya sendiri diikuti oleh 26.5 ribu dan YouTube channel saya dilanggan oleh lebih dari 11.800 pemirsa. Sementara itu untuk Facebook "Dokter Andri Psikiater" selain teman yang sudah mencapai 5000, follower akun FB ini juga sudah lebih dari 10 ribu.Â
Apresiasi dari President of ACPM