Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Setiap Orang Punya Respons yang Berbeda terhadap Stres

20 Januari 2017   07:09 Diperbarui: 20 Januari 2017   10:16 2032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mental Disorder in The Brain (sumber : slopemedia.org)

Kita mungkin pernah berpikir mengapa stres yang sama bisa memberikan respons yang berbeda untuk setiap orang. Jika seorang pasien mengatakan bahwa bosnya adalah sumber stres dia, saya kadang bertanya berapa banyak Si Bos punya anak buah. Dan berapa banyak di antara anak buah Si Bos yang juga mengalami stres seperti pasien? Biasanya pasien akan merenung dan menjawab tidak semua memiliki respons seperti dirinya. 

Stres bisa merupakan suatu respons yang membuat kita lebih baik. Ketika dihadapkan dengan suatu masalah, stres akan membuat kita lebih berpikir dan berusaha keluar dari masalah tersebut. Itulah yang dinamakan mekanisme adaptasi diri terhadap stres. Saat pemicu stres hilang, diharapkan respons adaptasi stres kita juga menghilang. Respons adaptasi adalah suatu cara untuk menjaga keseimbangan diri kita. 

Lalu bagaimana bisa stres yang sama menimbulkan respons yang beda di tiap orang? Banyak faktor yang mempengaruhi. Selain faktor genetik bawaan, kepribadian dan proses belajar, lingkungan pendukung juga membedakan respons stres seseorang.

Pertama, ada orang yang memang terlahir memiliki kemampuan daya tahan stres yang baik. Hal itu terlihat sejak kecil bagaimana individu tersebut merespons kondisi stres sehari-hari. Kedua, pola asuh orang tua membuat perbedaan ciri kepribadian yang biasanya mencapai matang di usia 18 tahun. Walaupun dipengaruhi faktor bawaan juga, pola asuh orang tua sangat memengaruhi cara si anak untuk belajar beradaptasi dengan lingkungan dan stres di sekelilingnya. Faktor lainnya adalah lingkungan pendukung. Jika sekiranya lingkungan cukup mendukung maka biasanya respons stres seseorang juga akan lebih mudah daripada tidak ada faktor pendukung sama sekali.

Di sinilah perbedaan akan menghasilkan perbedaan dalam cara adaptasi individu juga terhadap stres. Semoga ulasan sedikit ini bermanfaat. Intinya jangan pernah lelah untuk belajar beradaptasi terhadap lingkungan di sekitar kita dan kemungkinan pemicu stres yang mengelilinginya.

Salam Sehat Jiwa (Twitter: @mbahndi) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun