Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Haruskah Tergantung Obat Ketika Alami Psikosomatik?

17 Oktober 2015   17:44 Diperbarui: 17 Oktober 2015   18:16 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang sering kali khawatir ketika harus bertemu dengan psikiater. Kekhawatiran yang berkembang adalah pasien takut akan ketergantungan obat yang akan diberikan oleh psikiater pada beberapa kasus tertentu. Sebenarnya kekhawatiran ini tidak beralasan karena biasanya masalah terkait dengan kondisi medis psikiatrik tidak selalu harus menggunakan obat dalam jangka waktu lama. Peran pemberian edukasi untuk pasien juga menjadi penting terutama mengenai brapa lama harus mengkonsumsi obat-obatan. Kurangnya informasi atau kesalahpahaman mengenai hal ini bisa membuat pasien jadi salah tangkap terhadap informasi penggunaan obat yang akan diberikan.

Satu yang perlu ditanamkan dalam pikiran pasien yang berobat untuk masalah psikosomatik adalah bahwa keluhan psikosomatik tidak mengancam jiwa. Sering kali pasien mengatakan bahwa ketika keluhan psikosomatiknya kambuh yang biasanya didasari oleh gangguan cemas panik, pasien merasa tidak berdaya dan akhirnya pergi ke IGD. Kekhawatiran akan mengalami penyakit berat seprti serangan jantung sering ada di pikiran pasien yang  mengalami gejala psikosomatik sebagai suatu manifestasi dari serangan panik. Pasien sering kali menjadi tidak nyaman dan berkali-kali terus memikirkan akan kematian ketika serangan terjadi. Padahal tidak ada suatu masalah di organ pasien itu sendiri.

Hal lain yang perlu ditanamkan dalam pikiran pasien dengan masalah psikosomatik adalah bahwa keluhan itu terjadi karena mekanisme adaptasi yang belum baik dari pasien. Mekanisme adaptasi yang dimaksud berkaitan dengan sistem saraf otonom yang berhubungan dengan pengendalian stres atau tekanan dalam hidup manusia. Beberapa pasien sering mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak sedang mengalami stres saat serangan panik terjadi, tetapi sedang dalam keadaan santai saja. Memang biasanya serangan panik malah terjadi ketika pasien sedang dalam kondisi santai, bukan saat dalam kondisi adanya stres yang datang. Artinya sebenarnya masalah serangan panik ini berkaitan dengan ketidakmampuan mekanisme sistem saraf otonom untuk mengendalikan stres yang sudah lama ada bukan yang baru saja terjadi.

Terapi untuk masalah ini tidak selalu dengan obat, atau jika pun menggunakan obat biasanya lebih di awal terapi saja. Terapis biasanya akan meminta pasien juga untuk melakukan hal-hal yang bisa membantu proses penyembuhan salah satunya adalah membantu untuk membuat kenyamanan di dalam diri orang tersebut. Keseimbangan adalah tujuannya. Pasien yang mengalami masalah psikosomatik secara mental emosional sering kali tidak stabil tetapi hal ini sudah berlangsung lama sehingga pasiennya pun kadang tidak menyadari. Tekanan hidup yang lama, kejenuhan dalam kehidupan, konflik-konflik yang timbul dalam hidup serta hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian pencemas sering menjadi hal yang mengarah kepada pemicu-pemicu psikosomatik.

Kemampuan pasien untuk menyeimbangkan diri ini yang menjadi fokus utama juga. Jadi tidak heran kadang pasien masih mengalami kecemasan tapi karena sudah mampu mengendalikan dirinya dengan baik dan mengenali kecemasan tersebut maka pasien bisa tidak menggunakan obat untuk membantunya. Obat sendiri biasanya lebih untuk membantu upaya mencapai keseimbangan tersebut. Latihan diri tentunya juga perlu untuk membuat pasien semakin percaya diri untuk mengatasi kecemasannya dan mengendalikan keluhan psikosomatiknya. Relaksasi, meditasi, melakukan hobi, berolahraga, belajar berpikir positif termasuk belajar ikhlas dan sabar dalam menjalani hidup adalah hal-hal yang bisa ikut menyeimbangkan diri pasien sehingga mengurangi gejala-gejala psikosomatik. Kesannya memang klise tapi pada kenyataannya tidak mudah melakukan hal ini. Pasien yang sulit atau merasa tidak mampu berusaha menjalankan ini akan menggantungkan kepada obat untuk  mengatasi keluhannya. Hal ini tentunya tidak sepenuhnya salah namun selalu ingatkan dalam diri untuk selalu berusaha mencapai keseimbangan tanpa menggunakan obat lagi. Semoga tulisan ini berguna. Salam Sehat Jiwa.

Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun