Oleh : dr.Andri,SpKJ (Psikiater dengan Keminatan Psikosomatik Medis) Keseharian saya melayani pasien-pasien dengan keluhan psikosomatik sejak tahun 2008 sampai saat ini membuat saya beruntung bisa mempelajari berbagai kasus menarik yang saya dapatkan di klinik. Walaupun pasien keluhan psikosomatik biasanya telah banyak berkunjung ke banyak dokter dan memakan banyak obat sebelumnya, namun ketika bertemu saya biasanya mereka mengatakan agar  kalau bisa tidak memakai obat. Alasan klasik kekhawatiran akan ketergantungan merupakan hal yang paling sering dikatakan pasien keluhan psikosomatik. Selain itu juga pasien dengan keluhan psikosomatik sering kali "sensitif" terhadap efek samping obat yang kadang muncul di awal-awal terapi. Hal ini karena memang telah banyak penelitian mengatakan pasien dengan keluhan psikosomatik yang mempunyai dasar gangguan cemas atau depresi mempunyai sensitifitas yang tinggi terhadap rangsang nyeri. Termasuk dalam hal ini adalah efek samping obat antidepresan yang kadang muncul di awal pengobatan. Padahal sebenarnya efek samping ini masih merupakan hal yang wajar terjadi jika berkaitan dengan pemakaian obat antidepresan. Efek samping seperti mengantuk, rasa penuh di kepala, dizzy atau keluhan maag kadang dirasakan pasien. Keluhan ini pun tidak selalu dialami pasien. Apakah Obat Penting ? Obat yang digunakan dalam pengobatan pasien dengan keluhan psikosomatik sebenarnya digunakan untuk memperbaiki sistem yang salah. Ketidakseimbangan sistem di otak yang berkaitan dengan sistem kimiawi di otak menyebabkan terjadinya keluhan-keluhan psikosomatik. Kerusakan ini sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum keluhan itu muncul (baca : Otak Yang Rusak Awali Gangguan Jiwa). Ketidakseimbangan sistem ini berkaitan dengan sistem produksi zat neurokimiawi serta sistem yang terkait dengan mekanisme umpan balik (feedback). Sistem ini harus diperbaiki untuk menjadi normal kembali. Sebenarnya mekanisme adaptasi otak telah membuat otak mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah yang terkait dengan kerusakan-kerusakan yang terjadi. Namun sayangnya jika kerusakannya terlalu berat dan sudah berlangsung lama serta ditambah pemicu-pemicu stressor lingkungan yang masih ada, maka kondisi ini akan sulit diperbaiki sendiri oleh mekanisme otak. Itulah mengapa kadang pada pasien mengalami kesulitan berpikir dan mencari alternatif ketika mengalami kondisi keluhan psikosomatik. Pengobatan Butuh Waktu Secara teoritis dan penelitian klinis, sebenarnya apa yang terjadi di otak pada proses perbaikan sistem saraf adalah mengembalikan pada fungsi normalnya kembali. Hal ini termasuk dalam memperbaiki sistem umpan balik yang berkaitan dengan produksi dan hantaran zat-zat kimiawi di dalam otak yang berkaitan dengan fungsi masing-masing zat tersebut. Perbaikan ini tentunya membutuhkan waktu. Waktu pengobatan yang tertentu (biasanya 3-12 bulan tergantung kondisi pasien) adalah untuk mencegah keberulangan. Selain itu secara klinis dan teori kita mengetahui bahwa efek obat antidepresan yang biasanya diberikan kepada pasien berkaitan dengan kondisi psikosomatik baru bekerja setelah beberapa hari sampai minggu. Obat antidepresan memang berbeda dengan obat anticemas yang mempunyai efek cepat tapi tidak boleh digunakan lama. Obat anticemas sehari-hari dalam praktek di kenal sebagai obat penenang golongan benzodiazepin (alprazolam,diazepam dll ) ini memang hanya digunakan di awal terapi, itupun jika sangat diperlukan. Fungsinya untuk membuat pasien lebih nyaman terutama pada kasus-kasus yang berat. Tepat Obat, Tepat Waktu dan Tepat Dosis Prinsip pengobatan keluhan psikosomatik dengan obat-obatan perlu mendasarkan pada prinsip Tepat  Obat, Tepat Waktu Pemberiannya dan paling penting Tepat Dosisnya. Semuanya harus didasarkan pada penelitian yang telah terbukti (Evidence Based Medicine) dan bukan hanya berdasarkan pengalaman si dokter semata. Apalagi jika menggunakan obat yang dosisnya kurang tepat atau bahkan tidak tepat sama sekali. Maka dari itu pengobatan keluhan ini memerlukan pengalaman klinis yang baik dan pengetahuan terbaru terutama terkait dengan interaksi obat dengan obat-obatan lain yang sering dipakai (obat darah tinggi, obat jantung, obat penyakit infeksi). Jika semuanya berjalan baik, maka pengobatan psikosomatik akan membuat perbaikan sistem otak yang akan mengarah pada perbaikan sistem otak dan kesembuhan keluhan psikosomatik. Salam Sehat Jiwa [caption id="attachment_194047" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama Prof Joel Dimsdale Editor in Chief Psychosomatic Medicine Journal di pertemuan American Psychosomatic Society 2010 di Portland, USA (dok.pribadi) "][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H