Menopause adalah suatu fase kehidupan yang akan dialami semua wanita yang mengalami menstruasi. Terlepas dari fisiologi terjadinya menopause itu sendiri, seringkali wanita yang mengalami menopause mengalami keadaan psikologis yang sering membuat kualitas hidupnya menurun. Beberapa gejala terkait psikologis yang sering muncul akibat menopause adalah gangguan tidur, perubahan libido, suasana perasaan yang tidak menentu (mood swings), mudah tersinggung, mudah menangis, kecemasan, nafsu makan bertambah, mudah lupa dan kelelahan.
Aspek Kesehatan Jiwa Menopause
Pembicaraan tentang menopause di negara maju selalu menimbulkan pro dan kontra. Kelompok feminis merasa enggan membicarakan hal ini karena dianggap merendahkan wanita. Pembicaraan tentang reproduksi hormon wanita kerap memunculkan kemarahan di kalangan tertentu. Isu persamaan jender menjadi hal yang sangat menjadi penghambat membicarakan hal ini secara terbuka.
Pandangan beberapa psikoanalisis mengenai hal ini adalah bahwa pria dan wanita sama-sama menyangkal adanya perubahan fisik, perilaku dan suasana perasaan akibat menopause. Penyangkalan ini adalah suatu upaya untuk mempertahankan diri dari sebuah perasaan kehilangan dan keterbatasan yang secara alami terjadi pada usia-usia wanita yang mengalami menopause. Para ahli psikoanalisis belakangan ini menyimpulkan bahwa menopause sangat berarti bagi seorang wanita, merupakan jati diri dari subuah feminitas seorang wanita.
Penelitian saat ni menemukan bukti bahwa depresi pada masa transisi menopause merupakan hal yang bersifat mandiri. Artinya sedikit sekali dipengaruhi oleh riwayat keluarga dan usia awitan terjadinya gangguan depresi yang biasanya lebih muda. Penelitian yang bersifat potong lintang ataupun berbasis masyarakat juga menyimpulkan adanya hubungan antara masa transisi menopause dengan terjadinya gejala-gejala gangguan depresi.
Terdapat dua teori tentang terjadinya peningkatan gangguan depresi pada masa transisi menopause. Pertama adalah teori estrogen withdrawal yang searah idenya dengan teori aksis Hipothalamus Pituitary Gonadal (HPG) yang menyebabkan gangguan depresi. Estrogen dipercaya memiliki kualitas sebagai antidepresan, yang meningkatkan fungsi serotonergik. Peningkatan insiden depresi dan gangguan vasomotor pada wanita yang mengalami penurunan estrogen akibat pembedahan mendukung teori ini. Beberapa penilitian bahkan menerangkan adanya hubungan antara fungsi ovarium dengan perbaikan suasana perasaan (mood).
Teori yang kedua disebut teori Domino. Wanita yang mengalami menopause mengalami banyak keluhan somatik seperti keringat malam, gangguan tidur yang mengarah ke ketidakstabilan mood dan depresi. Akan tetapi depresi seperti yang disebutkan di atas terkadang tidak disertai dengan gejala vasomotor, dan penelitian belakangan ini menunjukkan bahwa estrogen dapat memperbaiki mood pada wanita yang tidak mengalami hot flushes.
Gangguan cemas juga seringkali meningkat pada masa transisi menopause yang kadang disertai serangan panik. Terkadang gejala ini sulit dibedakan dengan hot flush.
Tatalaksana Depresi Wanita Menopause
Estrogen dengan segala kontroversinya telah digunakan untuk mengatasi depresi pada wanita menopause sejak tahun 1930an. Penelitian saat ini telah menunjukkan estrogen efektif mengobati depresi pada transisi menopause namun tidak pada fase yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan fase menopause oleh dokter menjadi sangat penting dalam keberhasilan terapi. Fluktuasi hormon pada fase ini juga yang sering disebut memberikan kontribusi terhadap terjadinya depresi.
Antidepresan terutama golongan SSRI juga membantu dalam tatalaksana karena sifatnya yang membantu kerja dari estrogen. Penelitian terakhir mengatakan bahwa terapi hormon menambah kerja dari antidepresan golongan SSRI ini dan pada suatu penelitian meningkatkan kognisi serta mengurangi kecemasan.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pasien jika mengalami gejala menopause :
- Pemeriksaan oleh dokter ahli spesialis kandungan (SpOG)
- Pemeriksaan laboratorium penunjang yang perlu (termasuk fungsi hormon)
- Pemeriksaan status kesehatan jiwa termasuk skrining adanya gangguan kesehatan jiwa pada klien oleh psikiater (dr.SpKJ)
- Tatalaksana sesuai hasil pemeriksaan status kesehatan klien baik secara hormonal, farmakoterapi maupun psikoterapi/konseling
Sehingga adalah benar jika penatalaksanaan pasien dengan gejala emosional pada pasien menopause haruslah merupakan kerjasama antara dokter spesialis kebidanan dengan dokter spesialis kedokteran jiwa agar mencapai hasil yang maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H