Kalau bicara tentang disfungsi seksual, pikiran kita biasanya tertuju pada disfungsi ereksi laki-laki yang kesulitan membangunkan salah satu alat vitalnya yaitu penis. Disfungsi seksual jadi disempitkan artinya dengan tujuan kepada kepuasan dan keinginan laki-laki untuk selalu tegar berdiri di hadapan pasangannya. Tidak banyak yang memikirkan kalau wanita juga punya masalah disfungsi seksual yang sama dan itu juga sama tidak menyenangkannya seperti laki-laki yang kesulitan ereksi. Namun kali ini lagi-lagi saya berpihak pada laki-laki karena kasus yang akan kita bahas kali ini lebih sering kentara jika pada laki-laki daripada perempuan.
Disfungsi Ereksi Psikogenik
Ereksi adalah suatu hal yang wajar pada laki-laki normal. Kesiapan dalam hubungan seksual setelah melewati fase arousal ditandai dengan semakin mengerasnya penis yang diakibatkan karena penuhnya pembuluh darah penis. Ereksi yang baik ditandai dengan kemampuan si laki-laki untuk mempertahankan ereksi sepanjang proses perangsangan sampai fase penetrasi dan sesaat sebelum ejakulasi. Setelah itu ereksi akan lama kelamaan berkurang kekerasannya sampai fase resolusi.
Namun bagaimana dengan laki-laki yang kesulitan ereksi bila berhubungan badan dengan pasangan sah-nya tapi tidak dengan wanita lain? Jawabannya adalah Disfungsi Ereksi Psikogenik.
Saya pernah mendapatkan beberapa pasien laki-laki yang mengalami keadaan ini. Kesulitan ereksi jika berhadapan dengan pasangan hidupnya namun bisa ereksi maksimal ketika berhadapan dengan perempuan lain. Rasa bersalah membuat kesulitan ereksi semakin menjadi. Si perempuan menjadi merasa rendah diri atau bahkan marah karena menganggap si laki-laki sudah melihatnya tidak menarik lagi. Kemarahan ini bukan menjadikan kondisi ini lebih baik malah akan membuat keadaan semakin sulit buat kedua belah pihak.
Apa Yang Harus Dilakukan ?
Pemeriksaan yang baik secara fisiologis dan psikologis sangat diperlukan. Paling mudah untuk mendeteksi hal ini bukanlah dengan mencoba berhubungan badan dengan perempuan lain jika sudah mengalami kesulitan ereksi bila berhadapan dengan pasangan sah. Cara paling awal untuk mendeteksi hal ini adalah dengan memperhatikan ereksi saat bangun pagi. Jika ereksi bangun pagi (morning erection) masih bagus tetapi ketika berhubungan badan dengan istri sudah tidak ada atau sulit, maka anda perlu mengkhawatirkan adanya disgungsi ereksi psikogenik.
Penanganan masalah ini bukan dengan obat-obatan yang sudah dikenal dari golongan sildenafil seperti Viagra, tetapi lebih dengan memfokuskan pada masalah internal psikologis. Pasangan bisa memulainya dengan membicarakan hal ini di antara mereka terlebih dahulu. Jika sulit maka bisa meminta bantuan seorang konselor seks, psikiater atau psikolog klinis yang ahli di bidang seks. Pemecahan yang tepat dan cepat untuk masalah ini akan sangat baik ke depan dan bisa menyelamatkan perkawinan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H