Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seks Butuh Lama?

25 November 2010   05:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:19 5251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat terlalu banyak membaca cerita stensilan dan cerita dewasa di internet serta ditambah lagi dengan sajian video porno, maka persepsi orang terhadap seks jadi berubah. Salah satu yang sering dihubungkan dengan hal ini adalah pada lamanya berhubungan seks.

Kalau melihat cerita dan menonton video, maka pasti kita disajikan suatu aktifitas seks yang memakan waktu sampai sekitar 60 menit. Cerita-cerita dewasa tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menunjukkan sisi maskulinitas laki-laki yang ditunjukkan dengan panjangnya waktu berhubungan seks. Selalu diceritakan dalam cerita-cerita tersebut kalau si wanita sampai kewalahan mendapatkan orgasme yang berkali-kali. Walaupun bisa terjadi namun kelihatan sekali cerita-cerita itu dilebih-lebihkan. Belum lagi masalah ukuran alat kelamin yang terkadang juga sering menjadi bahan cerita. Untuk urusan ini akan diceritakan lain waktu.

Kembali ke masalah aktifitas seksual yang tergambar dalam cerita dan video, hal ini membuat sebagian orang mempersepsikan hubungan seks harus lama. Si wanita juga yang mungkin membaca cerita tersebut berharap si laki-laki dapat bertahan lama (sayangnya terkadang ini hanya ada di cerita saja). Di dalam pikiran si wanita, lamanya berhubungan seks pasti akan meningkatkan kemungkinan mengalami orgasme. Padahal sebenarnya tidak pernah ada penelitian yang mengatakan secara gamblang demikian.

Sebenarnya tidak menjadi masalah kalau si laki-laki maupun si wanita menganggap cerita tersebut sebagai bagian dari fantasi saja. Menjadi repot kalau mereka berusaha menjadikannya itu menjadi nyata. Kalau bisa jadi kenyataan mungkin tidak masalah, namun pastinya banyak juga yang tidak bisa

Berapa Lama ???

Waktu berhubungan seks sebenarnya tidak hanya dihitung sejak masuknya penis ke liang vagina wanita atau istilahnya penetrasi. Hubungan seks sudah dimulai sejak fase arousal yaitu fase saling merangsang di antara kedua insan yang sedang ingin berhubungan seks ini. Sering kali didapati bahwa fase arousal atau lebihs ering disebut pemanasan ini dilakukan terburu-buru sehingga membuat pasangan terutama si wanita menjadi kurang nyaman. Secara umum sudah diketahui bahwa pria lebih mudah terangsang dibandingkan si wanita. Belum lagi faktor kejiwaan seperti dekatnya hubungan dan faktor emosional saat itu mempengaruhi si wanita dalam terangsang atau tidak. Kalau si laki-laki lebih mekanis, si wanita lebih memakai perasaan.

Fase perangsangan ini seharusnya memang dilakukan agak lebih lama. Kenali tempat-tempat erotis yang bisa membuat pasangan anda menjadi lebih terangsang. KOndisi terangsang pada wanita yang sudah baik membuatnya lebih mudah menjadi orgasme walaupun tanpa penetrasi. Beberapa orang yang mau melakukan teknik oral seks dipersilahkan dalam fase ini. Kebersihan haruslah dijaga dan keinginan masing-masing pasangan harus juga diperhatikan. Ada beberapa pasangan terutama pria yang enggan melakukan oral seks (cunilingus) terhadap wanitanya. Sedangkan hamppir jarang laki-laki yang menolak oral seks (felatio) dari pasangan wanitanya. Kondisi ini harus seimbang. Bukan dilakukan atas keterpaksaan atau hanya karena ingin menuruti keinginan pasangan. Seks antara pasangan bukan paksaan, karena kalau demikian namanya itu pemerkosaan.

Setelah melakukan pemanasan, maka kondisi vagina yang sudah siap dan penis yang sudah ereksi maksimal, bisa melanjutkan ke fase selanjutnya yaitu fase penetrasi. Fase ini seringkali yang menjadi masalah. Si laki-laki kurang maksimal ereksinya sehingga tidak bisa penetrasi, si wanita kurang lubrikasi (baca : basah) vaginanya sehingga sulit penetrasi. Selain itu kalau ternyata tidak ada masalah di bagian tersebut, masalah yang datang menghadang adalah cepatnya si laki-laki ejakulasi sehingga membuat sang wanita kecewa.

Lalu berapa lama memang yang dianggap normal ? Sebenarnya kalau berdasarkan teori, ejakulasi dini adalah ketika ejakulasi terjadi sebelum kepuasan yang diinginkan oleh kedua pasangan. Jadi bukan masalah waktu, bukan masalah berapa kali tusukannya atau berapa puas si wanitanya. Walaupun secara praktek bila ditanyakan pasien berapa banyak dorongan keluar masuk yang diharapkan sebelum disebut ejakulasi dini, biasanya saya menjawab sekitar 15-20 kali. DI bawah itu artinya mengalami ejakulasi dini.

Inti yang harus diperhatikan adalah kepuasan kedua pasangan. Bukan tentang lamanya dan apakah orgasme dicapai atau tidak. Kepuasan tidak identik dengan orgasme. Hal tersebut sangat pribadi dan berhubungan dengan kejiwaan dan rasa cinta di antara kedua belah pihak.

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun