Mohon tunggu...
Psikologi Pedia
Psikologi Pedia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa/i

Cakrawala Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Pendidikan Non Formal di Lembaga Pemasyarakatan Melalui Landasan Psikologi Pendidikan

12 Desember 2022   11:44 Diperbarui: 12 Desember 2022   12:27 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh Akhmad Fakhri_2221220009

Rasa syukur dapat ditemukan di mana saja, termasuk di dalam sebuah lembaga pemasyarakatan. Para narapidana yang ada di sana mungkin telah terbatas dalam beberapa hal, seperti kebebasan mereka untuk bergerak atau berkumpul dengan orang lain. Namun, mereka tetap dapat menemukan makna dan manfaat yang ada di lembaga tersebut, salah satunya melalui pendidikan non formal. Pendidikan di lapas merupakan hal yang sangat penting, karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat membantu para narapidana untuk mempersiapkan diri setelah mereka bebas dari penjara. 

Fikri tanzil, (2022) menyatakan bahwa pendidikan berupaya menyediakan kebutuhan psikologis yang baik dan dapat diterima di berbagai bidang atau aspek, sebagai upaya pemenuhan transformasi konstruktif. Sejalan dengan pendapat tersebut, pendidikan berupaya untuk memenuhi kebutuhan psikologis untuk membangun kembali potensi yang mungkin saja menurun sebagai akibat dari rasa depresi di dalam lapas. Dengan mendapatkan pendidikan yang berkualitas, para narapidana dapat memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan ketika nanti mereka sudah bebas dan kembali ke masyarakat.

Pendidikan non formal yang ada di Lembaga pemasyarakatan dapat berupa pelatihan-pelatihan tentang kepemimpinan, kemandirian, kerja sama, dan lain sebagainya. Selain itu, juga dapat dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan minat dan bakat para napi, seperti olahraga, seni, dan lain sebagainya. 

Dengan demikian, para napi akan memiliki karakter yang kuat dan positif, sehingga dapat mendukung kesuksesan dalam proses pendidikan di lapas. Hal ini sangat penting bagi para narapidana yang tinggal di lapas, karena mereka seringkali mengalami stres, depresi, dan kecemasan akibat kondisi penahanan yang mereka alami. 

Melalui landasan psikologi, hal tersebut merupakan salah satu bentuk upaya yang diberikan kepada narapidana dengan tujuan untuk membentuk kembali karakter mereka agar dapat kembali menjadi warga negara yang bertanggung jawab setelah bebas dari lapas. Namun, pendidikan di lapas tidak hanya sebatas membentuk karakter saja, tetapi juga harus memperhatikan kesejahteraan subyektif para narapidana.

Kesejahteraan subyektif merupakan keadaan yang mencerminkan tingkat kepuasan individu terhadap kehidupan mereka. Hal ini meliputi aspek fisik, mental, dan emosional. Sejalan dengan apa yang telah dipaparkan oleh Fikri Tanzil & Laksmi Evasufi (2022), bahwa program pendidikan kesetaraan pada satuan kegiatan pendidikan di lapas secara garis besar perlu untuk memperhatikan prinsip kesejahteraan yang menawarkan pelayanan kesehatan jiwa dan gangguan perilaku dengan tujuan memperbaiki dan memperkuat karakteristik yang dimiliki oleh para warga binaan. Oleh karena itu, pendidikan di lapas harus memperhatikan aspek-aspek tersebut agar narapidana dapat merasakan kesejahteraan yang optimal. 

Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan subyektif para narapidana adalah dengan memberikan program-program kesehatan, baik fisik maupun mental. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas olahraga, pengobatan, dan psikologis yang dapat membantu para narapidana menjaga kesehatan mereka. Selain itu, pendidikan di lapas juga harus menyediakan program-program yang dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan para narapidana. Dengan demikian, narapidana dapat merasakan kepuasan dan bangga atas prestasi yang telah mereka raih, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan subyektif mereka.

Dengan demikian peran pendidikan non formal dapat membantu meningkatkan kesejahteraan subjektif para tahanan dengan memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan untuk memperbaiki hidup mereka setelah mereka bebas dari penjara. Selain itu, pendidikan non formal juga dapat membantu memperkuat karakter para tahanan dengan memberikan mereka nilai-nilai positif dan mengajarkan mereka bagaimana menjadi orang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. 

Psikologi pendidikan dapat menjadi landasan yang  berperan penting dalam membantu mengembangkan program pendidikan non formal di lapas yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan para tahanan. Hal tersebut menjadikan pendidikan nonformal di lembaga pemasyarakatan sebagai sarana bagi para narapidana untuk merasakan rasa syukur atas keterbatasan mereka, dan menemukan makna dan manfaat dari pengalaman belajar di lembaga tersebut. Melalui pendidikan nonformal, mereka dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif yang dapat membantu mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun