Ketika saya mempelajari tradisi dan budaya Betawi menggunakan situs Wikipedia, Saya cukup tertarik pada keterangan mengenai Suku Betawi yang mendiami Kota Jakarta dan sekitarnya seperti, Kota Bogor dan Kota Bekasi, berikut tidak ada penjelasan mengenai Kota Tangerang dan Banten. Adalah ternyata diketahui bahwa penduduk Jakarta mulai sejak abad ke-17 dan seterusnya merupakan warga campuran etnis dengan sejumlah etnis yang di datangkan pemerintah Hindia Belanda ke Batavia pada masa itu. Sehingga terbentuklah rumpun Suku Betawi, yang mendiami Jayakarta atau Jakarta, yang menggunakan nama colonial Batavia.Â
Sumber Wikipedia menuliskan "Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta seperti Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makasar, Ambon, Arab, Tionghoa dan India." Oleh karena itu, Saya menyimpulkan bahwa, itulah sebabnya, mengapa Suku Betawi bukan merupakan Suku Sunda yang terdapat di daerah Tangerang dan Banten, juga sekitar Kota Bogor dan Sukabumi.Â
Selain itu, perpaduan budaya asing yang terbesar berasal dari etnis India, Tionghoa dan Arab. Jadi, kata Batavia sendiri adalah nama latin untuk tanah tempat berdiam orang-orang Batavia selama masa kekaisaran Romawi  disekitar Kota Nijmegen, di Nederland. Kaum Batavia yang masih ada sampai sekarang ini disebut Betuwe. Orang Belanda mencoba mengangkat kaum Batavia ini sebagai nenek moyang mereka, yang kemudian menjadi Republik Batavia.Â
Oleh karena itu, nama Batavia mereka gunakan sampai ke daerah-daerah koloni mereka di Hindia Belanda (Ducth East Indies). Nama Jayakarta diganti menjadi Batavia sejak tahun 1619 kurang lebih sampai pada tahun 1942 diganti lagi menjadi Djakarta lalu di eja dengan Jakarta. Selanjut nama Batavia juga digunakan di Suriname, dimana orang Suriname membangun kota Batavia, New York di Amerika Serikat.Â
Di Amerika nama Batavia menyebar di pesisir barat sebagai Batavia, Illinois, yang dekat Chicago, dan Batavia, Ohio. Pada tahun 1923 berdiri sebuah organisasi yang bernama Pemoeda Kaoeum Betawi menggunakan kata Betawi sebagai Suku di masa pemerintahan Hindia Belanda.
Yang sungguh menarik pada Sejarah Betawi yang telah muncul sejak dua periode sejarah, mulai dari periode Sebelum Masehi dan periode SetelahMasehi. Zaman prasejarah diawali pada masa neolitikum zaman batu baru (3500-3000) telah membuktikan adanya penghuni Jakarta dan sekitarnya sebelum masa Tarumangara pada abad ke-5 yaitu dilaluinya aliran-aliran sungai-sungai besar seperti Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, Citarum dan adanya tempat-tempat tertentu yang sudah didiami masyarakat manusia disekitarnya, yang menyebar di hampir seluruh wilayah Jakarta.Â
Masyarakat manusia ini telah memiliki system dan struktur organisasi kemasyarakatan yang teratur sehingga telah mengenal system pertanian, semacam perladangan dan peternakan, juga ditemukan alat-alat seperti kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah di umpam halus dan memakai gagang dari kayu. Ada juga yang berpendapat bahwa penduduk asli Betawi berasal dari Nusa Jawa karena memiliki satu kesatuan Budaya, Kesenian, Bahasa dan Adat Kepercayaan yang sama.Â
Namun berbagai sebab membuat mereka menjadi suku bangsa sendiri-sendiri karena munculnya kerajaan-kerajaan dan datangnya pengaruh luar dari Nusa Jawa yang mengenal bahasa Kawi (Jawa Kuno) dan mengenal huruf hanacaraka (abjad bahasa Sunda dan Jawa). Kemudian pada periode awal Setelah Masehi muncul kerajaan-kerajaan pada abad ke-2 wilayah Jakarta termasuk dalam wilayah kekuasaan kerajaan Salakanagara atau Holoan dimana perdagangan dengan Cina telah maju dan mengirim utusan ke Tiongkok.Â
Pada abad ke-5 berdiri kerajaan Tarumanagara ditepi sungai Citarum, kemudian pada abad ke-7 kerajaan Tarumanagara ditaklukan oleh kerajaan Sriwijaya yang beragama Budha. Pada masa ini berdatangan penduduk Melayu dari Sumatera dan bermukim di pesisir Jakarta. Pada Abad ke-10 terjadi persaingan yang tinggi antara kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Kediri dan menimbulkan perang sehingga Tiongkok ikut campur tangan menjadi penengah karena persaingan dagang dan perniagaan.Â