[caption caption="Koran AyoRek Edisi 1 Layout Agus Wicak atau Kocing"][/caption]SURABAYA - Jika dalam empat minggu kemarin kalian menemui ada Koran AyoRek. Tiba-tiba dalam minggu ini menghilang. Itu menunjukkan bahwa Koran AyoRek telah terbit kemudian tidak terbit. Terhitung efektif Kamis - Selasa (11/2/ - 8/3/2016) koran itu diterbitkan dalam sepekan sekali oleh kawan-kawan jurnalis di Surabaya.
Mereka adalah mantan jurnalis Harian Rek Ayo Rek; yang sempat terbit dari tahun 2004 – 2009. Ada Noviyanto Aji, Ahmad Ali, Yoga Khiswara, Ahmad Haris Budi, dan Agus Wicaksono. Kecuali saya dan Suminto bukan jurnalis koran yang biasa disebut koran kuning itu. Saya hanya memberikan fasilitas rumah di Jalan Menanggal I Komplek Peni 46 Surabaya sebagai kantor redaksi.
Koran AyoRek bisa terbit, berawal dari pembicaraan saya dengan Novi ---panggilan Noviyanto Aji, yang membutuhkan kantor untuk media online www.siagaindonesia.com. Saya merespon dan menawarkan rumah yang biasa disebut Sekber (Sekretariat Bersama untuk Demokrasi). Tanpa ada biaya sewa cukup bayar kebutuhan listrik, PDAM, sampah dan kebutuhan iuran lainnya.
Saya juga menyampaikan kepada Novi, supaya bisa nyaman berkantor di Sekber, saya harus menyampaikan hal ini terlebih dulu kepada kawan-kawan lain selaku stakeholder Sekber. Respon positif saya peroleh dari kawan-kawan Sekber; Buchori, Rahmat dan Syahrul. Mereka mempersilakan. Fitradjaja, selaku “sesepuh” menyampaikan kepada saya, tak ada transaksional untuk menempati atau membuat Sekbar sebagi kantor media. Urusan internal Sekber pun tuntas. Saya dengan Novi melanjutkan proses untuk menempati rumah tersebut.
Pada Sabtu (6/2/1016) sudah masuk dini hari Novi dan Yoga ---Yoga ketika itu masih tercatat sebagai jurnalis di JTV sekarang sudah kena PHK ---menemui saya yang memang penghuni tetap Sekber. Dalam obrolan dini hari itu ternyata Sekber bukan untuk kantor www.siagaindonesia.com. Novi menyampaikan untuk kantor Koran AyoRek dan tidak menutup kemungkinan nantinya media-media lain akan diterbitkan dari rumah sini. Dia menyebut nama yang akan membiayai dan menggaji kawan-kawan adalah Puji. Saya tidak bisa membayangkan sosok Puji, karena belum pernah ketemu atau belum kenal.
Saya tetap menyambut senang, Sekber akan mengulang sejarah seperti dulu. Bedanya dulu dipenuhi kawan-kawan aktivis mahasiswa sekarang kawan aktivis jurnalis; semula sepi akan ramai kembali dengan aktivitas kegiatan jurnalistik. Dan Novi menyampaikan juga besok siang ada seorang “bos” akan menemui saya untuk melihat dan sekaligus membicarakan yang menjadi kebutuhan di rumah ini.
Besoknya menjadi terbukti, pada siang hari tiga orang datang dan menemui saya. Sebut saja namanya Pujiyono yang kemudian disebut Puji, Hendra, perkembangan perkenalan namanya Hendra Bangsa dan satu orang lagi lupa namanya. Puji masih tercatat sebagai wakil direktur Harian Pojok Kiri dan Hendra sebagai marketing di Harian Bangsa.
Gayung pun bersambut; saya menunjukkan kamar yang akan digunakan sebagai ruang redaksi. Kamar umum saya menyebutnya ---berjajar tiga paling selatan. Karena kamar ini biasanya dibuat tidur kawan-kawan dari luar kota ketika transit di Sekber. Dan menunjukkan gudang yang pada saat itu penuh buku-buku yang dimakan rayap. Supaya terlihat ada suasana homy sebagai kantor, saya menyarankan lampu-lampu yang sudah mati sebaiknya dibelikan dan buku-buku dalam gudang dibersihkan.
Puji dan Hendra menyambut saran saya dan seketika menginventaris kebutuhan lampu. Keduanya menyanggupi akan membeli sepuluh lampu yang sudah tidak berfungsi dan belanja kebutuhanh kantor lainnya; pembersih lantai, alat pel dan lain-lain termasuk mengangkat seorang office boy. Ketika itu juga Hendra menyerahkan uang Rp 300rb kepada saya, sebagai dana membersihkan buku-buku dalam gudang supaya nanti berfungsi juga sebagai ruang redaksi.
Ruang-ruang itu saya bersihkan, melalui teman bernama Slamet dengan anggaran Rp. 300rb. Setelah ruang-ruang tampak bisa digunakan, Puji dan crew membawa tiga unit komputer dan diinstal. Selanjutnya dia memasang jaringan internet provider (indihome). Dan saya mengamati, ternyata kehadiran kawan-kawan jurnalis di Sekber ada dua gerbong; pertama Novi dan kawan-kawan plus Giryadi dan Puji dan kawan-kawan plus Wawan, yang kemudian saya tahu sebagai sirkulasi.
Terlihat kawan-kawan mulai bekerja: Pemred; Novi, Redpel; Ali, Redaktur; Suminto, dan Giryadi; ada nama-nama lain yang hanya tampil di dalam box redaksi. Nama saya dicantumkan sebagai jurnalis. Edisi 1 terbit, 11-18 Febuari 2016. Pembaca mulai merespon dan di dunia maya mulai diperbincangkan; versi JPG yang di upload mereaksi berbagai komenter pengguna media sosial.