Tergerak dari sebuah program wajib Institut Pertanian Bogor, yang bekerja sama dengan empat fakultas (Fakultas Pertanian, Fakultas Ekologi Manusia, Fakultas Perternakan, dan Fakultas Ekonomi & Managemen) menyelenggarakan Kuliah Kerja Profesi (KKP). Ini merupakan mata kuliah mahasiswa IPB di semester enam atau delapan (genap) yang memiliki bobot 3 SKS.
KKP IPB mengelompokkan mahasiswa lintas jurusan/departemen, bahakan lintas fakultas untuk menjadi satu tim yang solid, yang siap ditugaskan melakukan pengabdian masyarakat sebagai wujud aplikasi Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Saya, mendapat kelompok bersama dengan mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), dari tiga departemen/jurusan, ada Sains Komunikasi Pengembangan Masyarakat (SKPM); Gizi Masyarakat (GM), dan Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), dan saya sendiri dari deparetemen Agronomi dan Hortikultura (AGH), Fakultas Pertanian. Kami berjumlah 5 orang. Dan kami ditugaskan KKP di Kabupaten Cilacap, Kecamatan Kampung Laut, Desa Ujung Alang, Dusun Lempong Pucung. (Sulit mencarinya dalam peta)
Bermula dari rasa miris kami terhadap pendidikan anak-anak, rata-rata pendidikan mereka adalah tamatan SMP, hanyak sekitar 40 orang yang memiliki uang dan niat lebih yang melanjutkan hingga tingat SMA. Selebihnya ada yang berhenti di tingkat SD dan PAUD. Serta tak banyak (sangat sedikit) yang dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Ada pikiran dari mereka yang lebih memiliki pergi merantau ke negeri orang daripada melanjutkan pendidikan yang hanya menghabiskan banyak uang keluarga. *Sungguh miris, tak dapat bersekolah hanya kerana tak ada uang.
Kemirisan itu bertambah ketika Seorang Kapala Sekolah, SMAN 1 Kampung Laut bertutur, bahwa cita-cita anak-anak didiknya hanya sebatas ingin menjadi "Pegawai A*lfa Mart". Bukan profesi yang sering kita dengar, layaknya dokter, pilot, atau ilmuan.
Dua hal yang melatarbelakangi kemirisan kami adalah kemampuan ekonomi kelaurga yang kurang serta akses informasi yang minim, sehingga perlahan-lahan dapat membunuh masa depan anak-anak secara tuntas.
Berangkat dari dua hal tersebut, kami berpikir "Bahwa belajar tidak hanya di bangku sekolah, formal", Film 3 Idiot juga mengajarkan "Kalau ingin sekolah kamu hanya perlu seragam, dan masukkan ke dalam kelas dan ikutilah pelajaran. Apabila kamu ketahuan, maka carilah seragam baru dan pindahlah ke sekolah yang lain ^^". Ya! selain di sekolah kita pun dapat belajar dimanapun.
Kebetulan di dusun tempat kami KKP IPB, ada sebuah daerah yang dibatasi oleh Kali Ketapang sehingga dinamakan daerah Ketapang, rumah tinggal suami istri, Bapak Endang dan Ibu Sar, mereka adalah pendatang dari Jawa Barat, yang sehari-hari bermatapencaharian sebagai petani dan pembuat gula kelapa untuk mencukupu kebutuhan kelurga. Di rumah inilah ide mendirikan Saung Belajar (Tempat belajar bersama, bermain, dan membaca buku) ini muncul ke permukaan. Rumah keluarga ini sudah ada dimulai belajar bersama ketika ujian nasioanal atau sekolah, yang pengajarnya (dia tidak ingin disebut mengajar, tapi belajar bersama) adalah salah seorang anak dari Ibu Sar, yang bernama Siti Rohaniyah (Nia). Beliau mengajari anak2 ketika mempersiapkan ujian dan mengajari anak2 belajar Al-Qur'an (TPA: Taman Pendidikan Al-Qur'an), di musolah yang dibangun oleh keluarga ini atau di ruang keluarga rumah mereka. Sudah bertahun-tahun ini mereka belajar di rumah dan musolah milik keluarga Ibu Sar tanpa listrik, hanya dibantu oleh tenaga surya yang dihungkan dengan aki beberapa ampere. Namun, tanggal 10 Agustus 2012 lalu listrik PLN telah masuk ke darah ini. Alhamdulillah ^^
Adanya tempat belajar bersama anak2 membuat kami kembali melihat harapan akan nasib pendidikan mereka, semangat mereka yang tinggi untuk belajar, belajar apapun dan rasa antusias mereka untuk terus belajar yang membuat kami tidak putus asa melihat kondisi ini, malah justru ikut bersemangat untuk mendirikan saung belajar. Karena disini telah ada TPA, maka selanjutnya kami perlu mengadakan fasilitas membaca untuk anak-anak untuk mengatasi akses informasi yang sangat terbatas diperoleh oleh mereka, sehingga alternatif membaca buku dapat memberikan pencerahan mereka akan dunia luar yang sangat indah.
Dengan restu ibu Sar dan keluarga kami bersepakat untuk membuat plang nama saung belajar ini, dan Ibu Sar sendiri yang memberikan nama saung belajar ini menjadi "Saung Belajar Lesatari Indah" dan kami tamabahkan "Nusa Kamabangan" agar mudah diingat orang lain.
Plang ini dicat sama2 dengan anak2 yang sering kali bermain dan belajar disini, menyenangkan!