Mohon tunggu...
Proyeksi
Proyeksi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Keberadaan Pembawa Perubahan

4 Desember 2022   16:56 Diperbarui: 4 Desember 2022   16:59 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengalaman, Pengetahuan dan kemampuan seseorang atau peradaban yang besar tidak boleh lepas dari yang namanya literasi. Membaca, menulis  berdiskusi, berinteraksi dan peka terhadap persoalan sosial adalah hal yang harus diamalkan oleh kalangan pemuda hari ini. Namun fenomenanya telah menjauh dari realita yang ada sehingga pemuda (Mahasiswa) yang seharusnya menjalankan peran sosial untuk perubahan indonesia kini menjadi khayalan semata. Tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa hari ini lebih senang dengan dunia mayanya sendiri, lebih senang dengan bucin bucinismenya, lebih senang dan bangga duduk manis di pusat-pusat perbelanjaan, lebih senang dan bangga dengan jabatannya di lembaga yang terkesan hanya mencari eksistensi dikalangan juniornya, dan tentunya di tempat- tempat keramaian, mereka dapat leluasa berbicara tentang artis kpop. 

Berbicara tentang artis idola, berbicara tentang film populer yang viral serta tren atau mode pakaian namun kuncup ketika berbicara tentang problem sosial, sehingga resistensi pemuda yang dulunya dibanggakan kini merkamuflase sehingga nampak terjadi degradasi peran pemuda.

Garis besarnya bahwa sebagai akademisi maupun organisatoris umumnya mencakup empat hal, yaitu membaca, menulis dan berdiskusi lalu kemudian aksi. Dengan begitu memudahkan pemuda(i) / Mahasiswa dalam mengkawal perubahan sosial masyarakat, sesuai dengan fungsi mahasiswa itu sendiri sebagai Agent of Change dan Agent of Control Social.

Pendidikan tinggi (Universitas), pada dasarnya merupakan ladang tempat lahirnya kader-kader intelektual. Sehingga disinilah nilai-nilai positif seperti jujur, cerdas, peduli, tangguh, tanggung jawab, religius dan nilai positif lainnya bisa ditanamkan, terinternalisasi, dan menjadi sebuah budaya dalam upaya membangun tradisi intelektual.

Sementara yang lain, lebih mengartikan kampus sebagai tempat untuk beradu fashion, sebagai tempat trendi-trendian, sebagai tempat tebar pesona dan bermain cinta masa muda, dengan kesibukan untuk kian menegaskan gaya hidup baru yang dibentuk oleh modernisasi. Tidak heran jika banyak mahasiswa hanya datang ke kampus, duduk dan diam mendengarkan penjelasan dari dosen kemudian pulang. Mereka lebih nyaman berlama-lama hang-out di mall, menikmati indahnya dunia masa muda dengan semakin menyuburkan sikap hedonis dan konsumtif dalam jiwa mereka.

Kemudian, pertanyaan dasarnya adalah kita sebagai pemuda dengan berbagai problem sosial yang terjadi, hari memposisikan diri sebagai apa.??

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun